Senin, 09 Februari 2015

Tugas : Mobil Nasional


Mantan Kepala Badan Intelijen Negara, AM Hendropriyono, saat acara pengukuhan dirinya sebagai guru besar dalam bidang ilmu intelijen di Jakarta Selatan, Rabu (7/5/2014).



Mantan Kepala Badan Intelijen Negara Hendropriyono membuat heboh Indonesia, seiring dengan penandatangan nota kesepahaman (MoU) perusahaan miliknya Adiperkasa Citra Lestari dengan perusahaan otomotif asal Malaysia, Proton Holdings Bhd, Jumat (6/2/2015) lalu.  

Penandatangan MoU terkait kerja sama mobil nasional itu disaksikan langsung oleh Presiden Jokowi, Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak. Kemudian, pemimpin Proton, Tun Dr Mahathir Mohamad, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim, derta Duta Besar Indonesia untuk pemerintah Malaysia, Herman Prayitno.

Hendropriyono member tanggapan atas "ramainya" komentar terhadap MoU tersebut. Ia juga berkomentar soal tudingan kedekatan dengan Presiden Jokowi untuk melancarkan bisnis dia dan keluarganya.

"Adapun soal membangun pabrik mobil made in Indonesia, sudah menjadi cita-cita saya sejak kebatalan KIA yang saya pegang, karena prinsipalnya diakuisisi oleh Hyundai. Dengan bersemboyan pada "Old Soldier Never Die", pada senja hidup saya ini, saya masih ingin berbakti kepada bangsa, yang celakanya termasuk kepada para demagog di antara masyarakat kita," sebut Hendro.

Ia bercerita soal harapannya untuk Indonesia dengan membuat pabrik mobil nasional. "Bakti yang saya inginkan tersebut karena pemikiran, bahwa dulu waktu bangsa kita ada yang bikin pabrik sepeda, anak bangsa negara-negara tetangga belum bisa bikin. Sekarang mereka ada yang bikin pabrik automobil, kita malah belum ada. Bangsa kita bisa jadi pecundang, karena ada saja oknum yang tidak merasa malu menjelek-jelekkan orang lain yang dia sendiri tidak berbuat apapun untuk bangsanya," papar dia.

Salah kaprah mobnas
Hendro menegaskan, pabrik mobil nasional yang ingin dia buat bukanlah mobil negara. "Kalau pabrik yang akan kami bangun dia sebut mobil nasional karena salah kaprah istilah, sebaiknya yang bersangkutan belajar dulu istilah-istilah akademik dengan benar," tegasnya.
Menurut dia, pabrik mobil asli buatan Indonesia memerlukan dana yang sangat besar. Dia  mengaku mendapatkan pinjaman dari sindikasi beberapa Lembaga Keuangan Luar Negeri untuk membuat pabrik tersebut. 

"Proyek ini merupakan usaha padat karya, Insha Allah bisa menampung sampai 6.000 tenaga kerja. Yang saya tahu jangka waktunya sangat jauh lebih lama daripada usaha property dll yang saya geluti, dalam mendatangkan keuntungan perusahaan," ucap Hendro.

Hendro memastikan Proton digandeng untuk kerjasama dalam bidang R&D dan teknik. "Atas dasar itu akan lebih efisien bagi kita, dalam membangun infrastruktur beserta gelar after sale dannetworking-nya. Kerjasama ini sifatnya B to B. Kami swasta, Proton juga kini swasta," tandasnya. 

Sementara terkait kehadiran Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Malaysia, Najib dan Tun Mahathir, dia menuturkan hal itu merupakan tindakan yang wajar, sebagaimana Presiden AS Barrack Obama menyaksikan penandatangan MoU Boeing dengan perusahaan Indonesia di Bali beberapa waktu lalu.

"Demikian seyogyanya sebagai pemerintah memacu semangat rakyatnya, untuik bersama-sama membangun negaranya sendiri. Obama pun di Bali menyaksikan, kawan kita swasta bertransaksi dengan Boeing Amerika. Itu karena kita beli. Apalagi ini yang karena kita mau membangun ," pabrik sendiri," kata Hendro.

Anak Hendropriyono
Pada kesempatan itu, Hendro juga "curhat" soal anak dia, Diaz Hendropriyono yang menjadi petinggi di Telkomsel. Menurut dia, pencapaian anak bungsunya itu bukan karena dia dekat dengan Jokowi. Ia menegaskan, dirinya dalam berteman tidak pernah karena perhitungan untung rugi.

"Anak saya menjadi Komisaris di Telekomsel merupakan pencapaian dia sendiri, yang menjadi ketua dan mengorganisir relawan "Kawan Jokowi" bersama-sama kawan-kawannya yang sekarang ada diantaranya jadi menteri. Bukan sama sekali karena saya, karena keinginan saya justru anak saya melanjutkan usaha saya di Hendropriyono Corporation Indonesia (HCI) yang saya bangun sejak saya pensiun pada tahun 2000. Tapi anak bungsu saya, Diaz, tidak mau menjalani hidup di bawah bayang-bayang saya," papar Hendro. 

Menantu Hendropriyono
Masih ada satu lagi anggota keluarga Hendropriyono yang berada di "ring 1" Presiden Jokowi yaitu Mayjen Andika Perkasa yang ditunjuk sebagai Kepala Pasukan Pengamanan Presiden. Andika adalah menantu Hendropriyono.

Terpilihnya Andika sempat menjadi perbincangan karena dianggap kurang pengalaman. Sebelumnya, Andika adalah Kepala Dinas Penerangan TNI AD dengan pangkat bintang satu. Umumnya, untuk jabatan strategis seorang perwira setidaknya pernah menduduki posisi setingkat. 

Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengakui, karir Andika melesat cepat.  Catatan akademik Andika menonjol. Ia mendapatkan gelar magister di Harvard University dan meraih gelar doktor di George Washington University. Andika adalah orang pertama angkatan 1987 yang meraih posisi bintang dua.

Kiprah Bisnis Hendropriyono

Kiprah Abdullah Mahmud (AM) Hendropriyono di ranah bisnis makin agresif. Berita terbaru yang membuat heboh jagat negeri ini adalah soal kolaborasi bisnisnya dengan Proton Holdings Berhad (Bhd) asal Malaysia.

Tanpa diduga, mantan petinggi Badan Intelijen Negara ini langsung merambah bisnis otomotif yang selama ini dikuasai oleh pebisnis Jepang. "Saya ingin membuat mobil made in Indonesia," kata Hendropriyono seperti dikutip Kontan, akhir pekan lalu.

Tudingan miring langsung mengarah ke jenderal bintang empat ini. Kedekatan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap menjadi jalan lapang Hendropriyono untuk bisa berkibar di ranah bisnis.
Sayang, purnawirawan jenderal bintang empat ini belum mau memberikan penjelasan panjang terkait ekspansi bisnisnya selama ini. "Nanti kita ketemu lebih lanjut," ucapnya.

Namun bila melihat ke belakang, karier Hendropriyono di ranah bisnis terbilang berjalan setelah pensiun dari dunia intelijen. Menurut situs Hendropriyono Corporation Indonesia, karier pria ini bermula dari kantor hukum yang bernama Hendropriyono dan Law Office di 2001. Kala itu, Presiden Megawati meresmikan kantor hukumnya.

Setelah berjalan selama enam tahun, nama Hendropriyono dan Law Office berganti menjadi Hendropriyono and Associates. Satu tahun kemudian, tepatnya pada 2006, nama Hendropriyono and Associates berubah lagi menjadi Hendropriyono Corporation Indonesia.
"Grup usaha yang membawahi beberapa anak usaha yang kuat di bidangnya," tulis situs tersebut. Kalimat yang terpatri di situs tersebut ada benarnya. Tercatat ada  perusahaan yang terbilang cukup kuat dari sisi permodalan.

Salah satunya adalah PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK), yang sebelumnya bernama PT Duta Graha Indah Tbk dan menjadi pemenang tender dalam proyek wisma atlet Hambalang, Bogor. Di perusahaan konstruksi tersebut, kini Hendropriyono duduk sebagai komisaris utama.

Berdasarkan laporan Nusa Konstruksi per 30 September 2014, pendapatan perusahaan ini mencapai Rp 1,53 triliun dengan laba bersih Rp 54,16 miliar. Adapun total aset di periode yang sama mencapai Rp 1,91 triliun.

Satu perusahaan lain yang dikomandoi Hendropriyono adalah Mega Maroci Lines, perusahaan jasa pelayaran di minyak dan gas bumi (migas). Di sini, Hendropriyono memegang jabatan presiden direktur. Adapun komisarisnya adalah Ilham Bintang. (Agustinus Beo Da Costa, Markus Sumartomdjon)



Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar