Pada zaman kolonial Hindia Belanda, oleh para aktivis pelopor
kemerdekaan Indonesia didirikan sebuah universitas khusus masyarakat pribumi
yang bernamaVolksuniversiteit Indonesia atau Universitas Rakyat
Indonesia. Kuliah yang dibawakan lebih menitikberatkan pada membangun jiwa
nasionalisme di kalangan masyarakat pribumi Indonesia.
Bagaimana rasanya jadi dosen yang diantara para mahasiswanya yang hadir
ada perwakilan pemerintah kolonial yang berhak memprotes hal-hal tertentu saat
mengajar? Tentu terganggu. Hal ini dialami Moh. Yamin di zaman Hindia Belanda
sekitar tahun 1930-an.
Saat memberikan mata kuliah Sejarah Indonesia, beliau mengajar dengan semangat yang menggebu disertai kalimat-kalimat sinis perihal kedatangan bangsa asing ke Indonesia. Kontan saja pegawai pemerintah kolonial dari politieke recherche (reserse politik) yang memang ditugaskan untuk turut mendengar langsung apa yang diajarkan dalam perkuliahan itu dan diberi kebebasan menegur, langsung memberikan peringatan pada Moh. Yamin.
Saat memberikan mata kuliah Sejarah Indonesia, beliau mengajar dengan semangat yang menggebu disertai kalimat-kalimat sinis perihal kedatangan bangsa asing ke Indonesia. Kontan saja pegawai pemerintah kolonial dari politieke recherche (reserse politik) yang memang ditugaskan untuk turut mendengar langsung apa yang diajarkan dalam perkuliahan itu dan diberi kebebasan menegur, langsung memberikan peringatan pada Moh. Yamin.
Berikut petikan berita mengenai hal tersebut yang diwartakan oleh
harian De Indische Courant 12 Oktober 1935:
Mr. Jamin ditegur
Mr. Jamin ditegur
Volksuniversiteit Indonesia (Universitas Rakyat Indonesia) mengadakan
perkuliahan bagi masyarakat pribumi di Gedung Pergoeroean Rajat di
Kramat, Batavia.
Kuliah dibawakan oleh mr. (SH) Mohamad Jamin, yang membawakan kuliah tentangsejarah Indonesia. Dalam ceramahnya, seperti yang dilaporkan oleh De Java-Bode, ia beberapa kali menerangkan dengan nada dan kata-kata yang sarkastis yang ditujukan pada masa-masa kedatangan “bangsa asing” di negeri ini, hingga ia segera mendapat teguran dari politieke recherche (reserse politik).
Setelah itu ia kembali
melanjutkan perkuliahan tersebut dengan nada yang lebih tenang.Kuliah dibawakan oleh mr. (SH) Mohamad Jamin, yang membawakan kuliah tentangsejarah Indonesia. Dalam ceramahnya, seperti yang dilaporkan oleh De Java-Bode, ia beberapa kali menerangkan dengan nada dan kata-kata yang sarkastis yang ditujukan pada masa-masa kedatangan “bangsa asing” di negeri ini, hingga ia segera mendapat teguran dari politieke recherche (reserse politik).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar