Orang Sunda
seperti orang Indonesia lainnya/umumnya berpandangan bahwa hidup manusia bukan
hanya berlangsung di dunia ini saja melainkan juga di dunia sana setelah
manusia meninggal. Hal ini mempengaruhi dengan kuat tingkah laku orang Sunda,
apa lagi mereka pada umumnya beragama Islam, yang mengajarkan antara lain bahwa
setiap orang bertanggung jawab atas tingkah lakunya yang baik ataupun ygng
tidak baik. Hal inilah yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua pada anak,
membuat orang Sunda dengan tegas membedakan antara yang baik dan yang tidak
baik. Pepatah ke arah sana misalnya cita-cita orang Sunda pada umumnya adalah ;
"cageur, bageur" (sehat, normal) dan baik hati, kadang-kadang
diteruskan dengan "bener, pinter serta jujur", sering pula dilengkapi
dengan "pangger, teger, singer dan wanter".
Hal-hal
yang dilarang banyak ditunjukkan dengan kata "pamali" misalnya pamali
menikah mendahului kakak (yang disebut calutak). Yang melanggar pamali akan
ditimpa kemalangan, yang sebenarnya didatangkan agar dia sadar Di antara yang
harus atau sebaiknya dilakukan agar hidup kita selamat di samping melakukan
kewajiban yang berdasarkan agama Islam adalah juga untuk melakukan talari
paranti atau adat karuhun ialah kebijaksanaan sakraal yang diwariskan oleh
nenek moyang antara lain upacara tradisional, sangkan salamet rahayu hirup
urang. Meskipun tidak ada data tentang berapa jumlahnya orang Sunda yang beragama
Islam dan yang beragama lainnya, tetapi dapatlah dikatakan bahwa orang Sunda
beragama Islam, dan hanya sedikit sekali yang beragama Katholik, Protestan,
Hindu, Budha dan lain-lain.
Beberapa daerah di Jawa Barat penduduknya ada yang terkenal sangat teguh berpegang dan melaksanakan agama Islam yaitu ; Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan Banten. (Suhandi S.H.M., dan Edi S. Ekadiati, 1980 : 212).
Beberapa daerah di Jawa Barat penduduknya ada yang terkenal sangat teguh berpegang dan melaksanakan agama Islam yaitu ; Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan Banten. (Suhandi S.H.M., dan Edi S. Ekadiati, 1980 : 212).
Dipandang
dari sejarah orang Sunda di bidang keagamaan dan kepercayaan seperti banyak
suku bangsa Indonesia lainnya, pada dasarnya mengalami empatperiode yaitu masa
:
- Animisme dan dinamisme.
- Hindu
- Pengislaman
- Pengaruh Katholik dan Protestan, yang dibawa oleh penguasa barat ketika mereka berkuasa di tanah air selama kurang lebih tiga setengah abad.
- Animisme dan dinamisme.
- Hindu
- Pengislaman
- Pengaruh Katholik dan Protestan, yang dibawa oleh penguasa barat ketika mereka berkuasa di tanah air selama kurang lebih tiga setengah abad.
Pandangan-pandangan
di bidang keagamaan dan keercayaan dari masa pra Islam mungkin masih terdapat
dalam cara hidup orang Sunda yang sekarang kebanyakan beragama Islam.
Kembali pada
permasalahan pandangan hidup tadi bahwa untuk mengetahui pandangan hidup orang
Sunda dapat ditelaah melalui ungkapan-ungkapan tradisional mengenai :
1) Tentang manusia sebagai pribadi ( MP
)
2) Tentang manusia dengan masyarakat ( MM )
3) Tentang manusia denga alam ( MA )
4) Tentang manusia dengan Tuha ( MT )
5) Tentang manusia dengan kesejahteraan lahir dan
batin (MLB)
Juga cerita-cerita rakyat berupa mithologi atau
legenda.
Contoh
ungkapan tradisional
1) Tentang manusia sebagai pribadi.
a. Kudu hade gogog hade tagog.
Artinya, harus baik budi bahasa dan tingkah laku.
b. Nyaur kudu diukur, nyabda kudu diungang.
Artinya, segala perkataan harus dipertimbangkan sebelum diucapkan , senantiasa mengendalikan diri dalam berkata-kata.
c. Batok bulu eusi madu.
Artinya, diluarnya buruk di dalamnya bagus. Misalnya tampaknya miskin dan bodoh, tetapi kaya atau pandai.
1) Tentang manusia sebagai pribadi.
a. Kudu hade gogog hade tagog.
Artinya, harus baik budi bahasa dan tingkah laku.
b. Nyaur kudu diukur, nyabda kudu diungang.
Artinya, segala perkataan harus dipertimbangkan sebelum diucapkan , senantiasa mengendalikan diri dalam berkata-kata.
c. Batok bulu eusi madu.
Artinya, diluarnya buruk di dalamnya bagus. Misalnya tampaknya miskin dan bodoh, tetapi kaya atau pandai.
2) Tentang
Manusia dengan masyarakat
a. Kudu silih asih, silih asah, silih asuh.
Artinya, di antara sesama hidup harus saling mengasihi, saling mengasah, dan saling mengasih.
b. Ngadeudeul ku congo rambut.
artinya, memberi sumbangan kecil, tetapi disertai dengan kerelaan.
c. Kawas gula jeung peueut.
artinya, hidup rukun saling menyayangi, tak pernah berselisih.
a. Kudu silih asih, silih asah, silih asuh.
Artinya, di antara sesama hidup harus saling mengasihi, saling mengasah, dan saling mengasih.
b. Ngadeudeul ku congo rambut.
artinya, memberi sumbangan kecil, tetapi disertai dengan kerelaan.
c. Kawas gula jeung peueut.
artinya, hidup rukun saling menyayangi, tak pernah berselisih.
3) Manusia
Dengan Alam
a. Manuk Hiber ku jangjangna, Jalma hidup ku akalna
Artinya, setiap makhluk masing-masing telah diberi cara atau alat untuk melangsungkan kehidupannya.
b. Leutik ringkang gede bugang.
Artinya, manusia itu meskipun kecil badannya, kalau meninggal dalam perjalanan, besar urusannya tidak seperti binatang.
c. Jawadah tutung briritna sacarana-sacarana.
Artinya, setiap bangsa memiliki cara dan kebiasaan olasing-masing.
a. Manuk Hiber ku jangjangna, Jalma hidup ku akalna
Artinya, setiap makhluk masing-masing telah diberi cara atau alat untuk melangsungkan kehidupannya.
b. Leutik ringkang gede bugang.
Artinya, manusia itu meskipun kecil badannya, kalau meninggal dalam perjalanan, besar urusannya tidak seperti binatang.
c. Jawadah tutung briritna sacarana-sacarana.
Artinya, setiap bangsa memiliki cara dan kebiasaan olasing-masing.
4. Manusia
dengan Tuhan
a. Mulih ka jati mulang ka asal.
Artinya, meninggal, asal dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan.
b. Dihin pinasti anyar pinanggih
Artinya, segala hal yang dialami sekarang sesungguhnya sudah ditentukan dahulu, agar orang senantiasa percaya bahwa segala sesuatunya terjadi adalah kehendak Tuhan.
c. Nimu luang tina burang.
Artinya, mendapat pengalaman atau pengetahuan pad a waktu mendapat kecelakaan.
a. Ulah pagiri-giri calik, pagirang-girang tampian.
Artinya, janganlah saling mengatasi di dalam mencari keuntungan sehingga tidak mengindahkan keselamatan bersama. Jangan berebut kekuasaan atau jabatan.
b. Kudu paheuyeuk-heuyeuk leungleun.
Artinya, harus saling menolong.
c. Ulah ngukur baju saserig awak.
Artinya,jangan mempertimbangkan sesuatu hanya dari segi kepentingan pribadi.
Dari
ungkapan-ungkapan di atas, orang Sunda beranggapan bahwa manusia selama
hayatnya hendaknya memiliki tujuan hidup yang baik. Hidup tanpa tujuan adalah
salah satu kehidupan yang mencemaskan dan karena itu senantiasa dihindari.
Dalam usaha mencapai tujuan hidupnya manusia hendaknya sadar bahwa dirinya
hanyalah merupakan bagian yang sangat kedil dari alam semesta. Bagian-bagian
dari alam semesta, yang berada di luar diri manusia, dapat digolong-golongkan
ke dalam tiga golongan besar yaitu "alam,masyarakat dan wujud super
natural" setiap golongan itu mempunyai kekuatan masing-masing. Alam
memiliki hukum alam, masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma, wujud
super natural memiliki kekuasaan untuk mengadakan dan meniadakan atau kekuasaan
untuk menciptakan dan menghancurkan .
Hukum alam, nilai-nilai dan norma-norma masyarakat serta kekuasaan super natural, senantiasa melancarkan pengaruhnya kepada tingkah laku manusia, Setiap langkah manusia selama hidupnya, senantiasa dihadapkan kepada ketiga kekuatan itu dan dituntut untuk menyesuaikan diri. Kalau ia menghendaki mencapai kehidupan yang dicita-citakan dan dikejarnya. Manusia akan mampu menyesuaikan diri kepada kekuasaan dan kekuatan yang berada Iii luar dirinya, apabila ia mampu mengendalikan hasrat, dorongan dan kemampuan yang berasal dari dalam dirinya sendiri, sehingga kekuatan di luaran di dalam dirinya itu tidak berbenturan dan bisa berjalan serasi serta saling menunjang.
Untuk bisa sampai kepada tujuan hidup yang dikejarnya, orang Sunda berusaha agar semua dorongan hasrat dan kemampuan pada dirinya dan kekuatan yang bersumber di luar dirinya, menjadi faktor penunjang semaksimal mungkin dan menjadi penghambat seminimal mungkin. Orang Sunda beranggapan bahwa lingkungan alam akan memberikan manfaat yang maksimal kepada manusia apabila dijaga kelestariannya, dan sebaliknya alam akan berbalik menimbulkan malapetaka dan kesengsaraan kepada manusia. Begitu pula masyarakat akan mernberikan manfaat sebesar-besarnya, apabila diperlakukan dengan prinsip silih asih, silih asah dan silih asuh. Semangat bekerja sama untuk kepentingan semua harus dipupuk dan dikembangkan. Sedangkan semangat bersaing, saling menjegal, rebutan rejeki dan rebutan kedudukan harus dicela dan ditekan sekecil mungkin.
Suatu gejala menarik yang timbul dari data penelitian ialah kecenderung orang Sunda dalam mencai tujuan hidupnya yang selalu diimbangi dengan ukuran tertentu Seperti yang tersirat pada Siksa Kandang karesian yaitu "makan sekedar tidak lapar, minum sekedar tidak haus".Dernikianlah ukuran yang digunakan oleh orang Sunda zaman dahulu ialah ukuran menempati "posisi tengah" yaitu tidak kekurangan dan tidak pula berlebihan (siger tengah).
Hukum alam, nilai-nilai dan norma-norma masyarakat serta kekuasaan super natural, senantiasa melancarkan pengaruhnya kepada tingkah laku manusia, Setiap langkah manusia selama hidupnya, senantiasa dihadapkan kepada ketiga kekuatan itu dan dituntut untuk menyesuaikan diri. Kalau ia menghendaki mencapai kehidupan yang dicita-citakan dan dikejarnya. Manusia akan mampu menyesuaikan diri kepada kekuasaan dan kekuatan yang berada Iii luar dirinya, apabila ia mampu mengendalikan hasrat, dorongan dan kemampuan yang berasal dari dalam dirinya sendiri, sehingga kekuatan di luaran di dalam dirinya itu tidak berbenturan dan bisa berjalan serasi serta saling menunjang.
Untuk bisa sampai kepada tujuan hidup yang dikejarnya, orang Sunda berusaha agar semua dorongan hasrat dan kemampuan pada dirinya dan kekuatan yang bersumber di luar dirinya, menjadi faktor penunjang semaksimal mungkin dan menjadi penghambat seminimal mungkin. Orang Sunda beranggapan bahwa lingkungan alam akan memberikan manfaat yang maksimal kepada manusia apabila dijaga kelestariannya, dan sebaliknya alam akan berbalik menimbulkan malapetaka dan kesengsaraan kepada manusia. Begitu pula masyarakat akan mernberikan manfaat sebesar-besarnya, apabila diperlakukan dengan prinsip silih asih, silih asah dan silih asuh. Semangat bekerja sama untuk kepentingan semua harus dipupuk dan dikembangkan. Sedangkan semangat bersaing, saling menjegal, rebutan rejeki dan rebutan kedudukan harus dicela dan ditekan sekecil mungkin.
Suatu gejala menarik yang timbul dari data penelitian ialah kecenderung orang Sunda dalam mencai tujuan hidupnya yang selalu diimbangi dengan ukuran tertentu Seperti yang tersirat pada Siksa Kandang karesian yaitu "makan sekedar tidak lapar, minum sekedar tidak haus".Dernikianlah ukuran yang digunakan oleh orang Sunda zaman dahulu ialah ukuran menempati "posisi tengah" yaitu tidak kekurangan dan tidak pula berlebihan (siger tengah).
Sebagai kesimpulan, hubungan-hubungan yang ideal antara para kerabat, pada dasarnya sama bagi para anggota masyarakat Sunda, karena di rumahlah dan di antara kaum kerabatlah seseorang dididik untuk bertingkah laku dengan baik di masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar