Jumat, 20 Maret 2015

#Tugas : Pemprov DKI Akan Terapkan Sistem E-Budgeting


NEWS

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan mencontoh sistem penyusunan anggaran yang digunakan Pemerintah Kota Surabaya. Ya, Pemkot Surabaya menggunakan sistem e-budgeting dalam penyusunan anggaran untuk menghindari adanya penyelewengan anggaran. 

"Kita lagi persiapkan sistem e-budgeting yang seperti Surabaya. Nanti tidak bisa diubah siapapun karena password-nya di Pak Gubernur atau di otoritas tertentu. Surabaya punya sistem kalau mau mengajukan nggak bisa ubah-ubah. Jadi kalau sudah kita coret, nah kalau ada sistem ini kita bisa kunci," kata Basuki T Purnama, Wakil Gubernur DKI Jakarta, di Balaikota, Selasa (10/9).

Ia mengatakan, penerapan sistem e-budgeting diharapkan mampu meminimalisir peluang penyelewengan anggaran. Sebab, kata Basuki, yang bertindak sebagai admin nantinya dapat melakukan manajamen user, database, dan mengakses semua hak user seperti mengunci dan membuka akses serta mengunci kegiatan yang diusulkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

"Jadi tidak bisa dilakukan perubahan, jika kegiatan tersebut tidak disetujui," ujarnya.

Basuki mengaku kerapkali menemukan pengadaan sejumlah item yang sebelumnya telah dicoret saat diajukan dari SKPD, tetapi tetap saja muncul. "Sistem ini sangat lemah. Saya sudah coret item tersebut di atas kertas, tapi tetap saja muncul. Makanya sekarang kita mesti bikin untuk semua SKPD," ungkapnya.

Untuk itu, mantan Bupati Belitung Timur ini telah menginstruksikan Kepala BPKD DKI Endang Wijayanti untuk mempersiapkan penerapan sistem e-budgeting pada 2014 mendatang.

Selanjutnya,  gubernur, wakil gubernur, ataupun badan atau pihak tertentu yang ditunjuk akan berfungsi sebagai administrator sistem e-budgeting tersebut. "Tapi kita tidak tahu dewan setuju nggak? Kalau DPRD setuju, kalau nanti ada item yang nggak bisa, saya lock tanpa password saya, nggak bisa diubah," ungkapnya.


Konsep “E-budgeting” Mendapat Respek Publik Nasional

Salah satu upaya Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama untuk menciptakan transparansi dan menghindari permaianan anggaran oleh oknum tertentu adalah dengan menerapkan e-budgeting pada anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD.
Ternyata, sistem yang memproteksi APBD dari kemungkinan permainan anggaran oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab itu, mendapat dukungan dari publik nasional.
“Selain kepercayaan terhadap komitmen Ahok dalam pemerintahan bersih, publik juga percaya dengan argumen dan konsep Ahok tentang e-budgeting. Khususnya dalam meminimalisir peluang korupsi dan kebocoran anggaran pemerintah daerah,” ujar Ade Mulyana dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) – Denny JA, Selasa (10/3/2015).

Hasil survei yang dilakukan LSI menunjukkan, 78,30 persen publik mendukung konsep e-budgeting Ahok untuk transparansi keuangan daerah. Hanya 15,40 persen publik yang menyatakan tidak setuju dengan konsep e-budgeting tersebut.
“Meskipun terjadi di wilayah lokal, DKI, tetapi perseteruan Ahok vs DPRD DKI sangat menyita perhatian publik nasional. Termasuk juga, sejumlah program unggulan Ahok yang diekspos melalui media nasional,” ucap Ade. [Kompas.com]

 Komentar :
Saya sangat setuju dalam penyusunan anggaran untuk menghindari adanya penyelewengan ataupun permainan anggaran oleh oknum tertentu adalah dengan menerapkan e-budgeting pada anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD.
Walaupun ada beberapa oknum ataupun warga local yang tidak menyetujuinya, e-budegeting tetap diterapkan. Bahkan input e-budgeting telah rampung.
Dengan langkah ini, Basuki meyakini warga dapat mengetahui pihak-pihak mana saja yang kongkalikong dan “bermain” dengan anggaran. Warga maupun DPRD kini bisa ikut menilai anggaran mana saja yang dirasa tidak sesuai atau tidak masuk akal. Akan ada proyektor yang memperlihatkan sistem e-budgeting dalam pembahasan RAPBD 2015. Pihak mana yang memasukkan serta mencoret anggaran dapat terlihat jelas dengan e-budgeting itu.

Sistem e-Budgeting Sudah Selamatkan Rp 5,3 Triliun

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merasa senang karena sistem e-budgeting yang diterapkannya mulai membuahkan hasil. Ia mengatakan telah menghemat anggaran hingga Rp 5,3 triliun.
 Dalam e-budgeting, kata sosialisasi tidak boleh, beli mesin penghancur kertas, penghitung duit. Begitu masuk ke komputer, sistem akan menolak.

Dengan e-budgeting, Ahok berkata, anggaran-anggaran yang tidak memiliki nilai atau fungsi penting akan langsung dieliminasi. Dengan begitu, anggaran pun bisa dihemat sangat banyak.

Telah dibuktikan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) e-budgeting dapat menghemat uang anggaran dari penolakan-penolakan dari mereka-mereka yang masih bandel mau masukin? Itu Rp 4,3 triliun. Setelah itu ada yang masukin lagi, kan harus 100 persen e-budgeting, dapat lagi Rp 1 triliun.
“Jadi Rp 5,3 triliun kita hemat dari sistim e-budgeting. Jadi sistem yang telah diterapkan mulai berjalan dengan baik. Harusnya 2014 sudah jalan. Hanya waktu itu masih ada beberapa oknum yang menolak e-budgeting.


Reporter : folmer
Sumber : Beritajakarta.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar