Apa itu ETIKA?
PENGERTIAN ETIKA
Ilmu yang membahas perbuatan baik
dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Pengertian Etika Menurut Para Ahli
Ada beberapa para ahli yang
mengungkapkan pengertian-pengertian etika. Diantaranya:
- DR. James J. Spillane SJ
Etika ialah mempertimbangkan atau memperhatikan
tingkah laku manusia dalam mengambi suatu keputusan yang berkaitan dengan
moral. Etika lebih mengarah pada penggunaan akal budi manusia dengan
objektivitas untuk menentukan benar atau salahnya serta tingkah laku seseorang
kepada orang lain.
- Prof. DR. Franz Magnis Suseno
Etika merupakan suatu ilmu yang memberikan
arahan, acuan dan pijakan kepada tindakan manusia.
- Soergarda Poerbakawatja
Etika merupakan sebuah filsafat berkaitan dengan
nilai-nilai, tentang baik dan buruknya tindakan dan kesusilaan.
- Drs. H. Burhanudin Salam
Mengungkapkan bahwa etika ialah suatu cabang
ilmu filsafat yang berbicara tentang nilai -nilai dan norma yang dapat
menentukan perilaku manusia dalam kehidupannya.
- Drs. O.P. Simorangkir
Menjelaskan bahwa etika ialah pandangan manusia
terhadap baik dan buruknya perilaku manusia.
- H. A. Mustafa
Mengungkapkan etika sebagai ilmu yang
menyelidiki terhadap perilaku mana yang baik dan yang buruk dan juga dengan
memperhatikan perbuatan manusia sejauh apa yang telah diketahui oleh akal
pikiran.
- W.J.S. Poerwadarminto
Menjelaskan etika sebagai ilmu pengetahuan
mengenai asas-asas atau dasar-dasar moral dan akhlak.
- Drs. Sidi Gajabla
Menjelaskan etika sebagai teori tentang perilaku
atau perbuatan manusia yang dipandang dari segi baik & buruknya sejauh mana
dapat ditentukan oleh akal manusia.
- K. Bertens
Etika merupakan nilai dan norma moral yang
menjadi acuan bagi manusia secara individu maupun kelompok dalam mengatur
segala tingkah lakunya.
- Ahmad Amin
Mengemukakan bahwa etika merupakan suatu ilmu
yang menjelaskan tentang arti baik dan buruk serta apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, juga menyatakan sebuah tujuan yang harus dicapai
manusia dalam perbuatannya dan menunjukkan arah untuk melakukan apa yang
seharusnya didilakukan oleh manusia.
- Hamzah Yakub
Etika merupakan ilmu yang menyelidiki suatu
perbuatan mana yang baik dan buruk serta memperlihatkan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
- Aristoteles
Mengemukakan etika kedalam dua pengertian yakni:
Terminius Technicus & Manner and Custom. Terminius
Technicus ialah etika dipelajari sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
suatu problema tindakan atau perbuatan manusia. Sedangkan yang kedua yaitu,
manner and custom ialah suatu pembahasan etika yang terkait dengan tata
cara & adat kebiasaan yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in
human nature) yang sangat terikat dengan arti “baik & buruk” suatu
perilaku, tingkah laku atau perbuatan manusia.
- Maryani dan Ludigdo
Mengemukakan etika sebagai seperangkat norma,
aturan atau pedoman yang mengatur segala perilaku manusia, baik yang harus
dilakukan dan yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok masyarakat
atau segolongan masyarakat.
- Martin
Mengemukakan bahwa etika ialah suatu disiplin ilmu yang berperan sebagai acuan
atau pedoman untuk mengontrol tingkah laku atau
perilaku manusia.
- Menurut KBBI
Etika ialah ilmu tentang baik dan buruknya
perilaku, hak dan kewajiban moral; sekumpulan asa atau nila-nilai yang
berkaitan dengan akhlak; nilai mengenai benar atau salahnya perbuatan atau
perilaku yang dianut masyarakat.
Jenis Etika
A. Etika Filosofis
Secara harfiah etika filosofis dapat dianggap sebagai
etika berasal dari aktivitas berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh
manusia. Oleh karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika
lahir dari filsafat.
Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara
etika tidak dapat dipisahkan dari filsafat. Oleh karena itu, jika Anda ingin
tahu unsur-unsur etika maka kita harus bertanya juga tentang unsur-unsur
filsafat. Berikut ini menjelaskan dua sifat etika:
- Filsafat non-empiris diklasifikasikan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu pengetahuan empiris adalah ilmu berdasarkan fakta atau beton. Tapi filosofi ini tidak terjadi, filosofi mencoba untuk melampaui beton seakan bertanya apa yang ada di balik gejala beton.
- Cabang filsafat praktis untuk berbicara tentang sesuatu “ada”. Misalnya, filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Tetapi etika tidak terbatas pada itu, tapi bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang harus dan tidak harus menjadi manusia. Tapi ingat bahwa etika tidak praktis dalam arti menyajikan resep siap pakai.
B. Etika Teologis
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika
teologis. Pertama, etika teologis tidak terbatas pada agama tertentu, tapi
setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika
teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena banyak unsur di
dalamnya yang dalam etika secara umum, dan dapat dipahami sebagai memahami
etika secara umum.
Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis
Ada perdebatan tentang posisi etis etika filosofis dan
teologis di ranah etika. Sepanjang sejarah pertemuan antara kedua etika, ada
tiga jawaban yang diusulkan penting untuk pertanyaan di atas, yaitu:
- Revisionisme
Tanggapan ini berasal dari Augustinus
(354-430), yang menyatakan bahwa kewajiban untuk merevisi etika teologis,
benar dan meningkatkan etika filosofis.
- Sintesis
Jawaban yang diusulkan oleh Thomas
Aquinas (1225-1274) yang mensintesis etika filosofis dan etika teologis
sehingga dua jenis etika, untuk melestarikan identitas masing-masing, menjadi
sebuah entitas baru. Hasilnya adalah etika filosofis menjadi lapisan bawah yang
bersifat umum, sedangkan etika teologis menjadi lapisan atas yang bersifat
khusus.
- Diaparalelisme
Jawaban yang diberikan oleh F.E.D.
Schleiermacher (1768-1834) yang menganggap etika teologis dan etika
filosofis sebagai fenomena paralel. Hal ini dapat sedikit seperti sepasang rel
kereta api paralel.
Sumber :
amutiara.staff.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar