Control
Objective for Information and related Technology
(COBIT)
Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute
yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control
Association) pada tahun 1996. hingga saat artikel ini dimuat setidaknya sudah
ada 5 versi COBIT yang sudah diterbitkan, versi pertama diterbitkan pada tahun
1996, versi kedua tahun 1998, versi 3.0 di tahun 2000, Cobit 4.0 pada tahun
2005, CObit 4.1 tahun 2007 dan yang terakhir ini adalah Cobit versi 5 yang di
rilis baru-baru saja.
COBIT adalah merupakan kerangka panduan tata kelola
TI dan atau bisa juga disebut sebagai toolset pendukung yang bisa digunakan
untuk menjembatani gap antara kebutuhan dan bagaimana teknis pelaksanaan
pemenuhan kebutuhan tersebut dalam suatu organisasi. COBIT memungkinkan
pengembangan kebijakan yang jelas dan sangat baik digunakan untuk IT kontrol
seluruh organisasi, membantu meningkatkan kualitas dan nilai serta
menyederhanakan pelaksanaan alur proses sebuah organisasi dari sisi penerapan
IT.
Cobit berorientasi proses, dimana secara praktis
Cobit dijadikan suatu standar panduan untuk membantu mengelola suatu organisasi
mencapai tujuannya dengan memanfaatkan IT. Cobit memberikan panduan kerangka
kerja yang bisa mengendalikan semua kegiatan organisasi secara detail dan jelas
sehingga dapat membantu memudahkan pengambilan keputusan di level top dalam
organisasi.
Siapa saja yang menggunakan COBIT? COBIT digunakan
secara umum oleh mereka yang memiliki tanggung jawab utama dalam alur proses
organisasi, mereka yang organisasinya sangat bergantung pada kualitas, kehandalan
dan penguasaan teknologi informasi.
Cobit memiliki 4 Cakupan Domain :
Perencanaan dan Organisasi (Plan and Organise)
Domain ini mencakup strategi dan taktik yang
menyangkut identifikasi tentang bagaimana TI dapat memberikan kontribusi
terbaik dalam pencapaian tujuan bisnis organisasi sehingga terbentuk sebuah
organisasi yang baik dengan infrastruktur teknologi yang baik pula.
Pengadaan dan Implementasi (Acquire and Implement)
Untuk mewujudkan strategi TI, solusi TI perlu
diidentifikasi, dibangun atau diperoleh dan kemudian diimplementasikan dan
diintegrasikan dalam proses bisnis.
Pengantaran dan Dukungan (Deliver and Support)
Domain ini berhubungan dengan penyampaian layanan
yang diinginkan, yang terdiri dari operasi pada security dan aspek
kesinambungan bisnis sampai dengan pengadaan training.
Pengawasan dan Evaluasi (Monitor and Evaluate)
Semua proses TI perlu dinilai secara teratur dan
berkala bagaimana kualitas dan kesesuaiannya dengan kebutuhan kontrol.
Keempat domain tersebut diatas kemudian dijabarkan
menjadi 34 faktor resiko yang harus dievaluasi jika ingin diperoleh suatu
kesimpulan mengenai seberapa besar kepedulian manajemen terhadap teknologi
informasi, serta bagaimana teknologi informasi dapat memenuhi kebutuhan
manajemen akan informasi.
Skala maturity dari Framework COBIT
Maturity model adalah
suatu metode untuk mengukur level pengembangan manajemen proses, yang berarti
adalah mengukur sejauh mana kapabilitas manajemen tersebut. Seberapa bagusnya
pengembangan atau kapabilitas manajemen tergantung pada tercapainya
tujuan-tujuan COBIT yang. Sebagai contoh adalah ada beberapa proses dan sistem
kritikal yang membutuhkan manajemen keamanan yang lebih ketat dibanding proses
dan sistem lain yang tidak begitu kritikal. Di sisi lain, derajat dan kepuasan
pengendalian yang dibutuhkan untuk diaplikasikan pada suatu proses adalah
didorong pada selera resiko Enterprise dan kebutuhan kepatuhan yang diterapkan.
Penerapan yang tepat pada tata kelola TI di suatu
lingkungan Enterprise, tergantung pada pencapaian tiga aspek maturity (kemampuan,
jangkauan dan kontrol). Peningkatan maturity akan mengurangi resiko dan
meningkatkan efisiensi, mendorong berkurangnya kesalahan dan meningkatkan
kuantitas proses yang dapat diperkirakan kualitasnya dan mendorong efisiensi
biaya terkait dengan penggunaan sumber daya TI.
Maturity model dapat digunakan untuk memetakan :
1. Status pengelolaan TI perusahaan pada saat itu.
2. Status standart industri dalam bidang TI saat ini
(sebagai pembanding)
3. Status standart internasional dalam bidang TI
saat ini (sebagai pembanding)
4. Strategi pengelolaan TI perusahaan (ekspetasi
perusahaan terhadap posisi pengelolaan TI perusahaan)
Tingkat kemampuan pengelolaan TI pada skala maturity
dibagi menjadi 6 level :
1. Level 0 (Non-existent)
Perusahaan tidak mengetahui sama sekali proses
teknologi informasi di perusahaannya.
2. Level 1 (Initial Level)
Pada level ini, organisasi pada umumnya tidak
menyediakan lingkungan yang stabil untuk mengembangkan suatu produk baru.
Ketika suatu organisasi kelihatannya mengalami kekurangan pengalaman manajemen,
keuntungan dari mengintegrasikan pengembangan produk tidak dapat ditentukan
dengan perencanaan yang tidak efektif, respon sistem. Proses pengembangan tidak
dapat diprediksi dan tidak stabil, karena proses secara teratur berubah atau
dimodifikasi selama pengerjaan berjalan beberapa form dari satu proyek ke
proyek lain. Kinerja tergantung pada kemampuan individual atau term dan
variasi dengan keahlian yang dimilikinya.
3. Level 2 (Repeatable Level)
Pada level ini, kebijakan untuk mengatur
pengembangan suatu proyek dan prosedur dalam mengimplementasikan kebijakan
tersebut ditetapkan. Tingkat efektif suatu proses manajemen dalam
mengembangankan proyek adalah institutionalized, dengan memungkinkan
organisasi untuk mengulangi pengalaman yang berhasil dalam mengembangkan proyek
sebelumnya, walaupun terdapat proses tertentu yang tidak sama. Tingkat efektif
suatu proses mempunyai karakteristik seperti; practiced, dokumentasi, enforced,
trained, measured, dan dapat ditingkatkan. Product requirement dan
dokumentasi perancangan selalu dijaga agar dapat mencegah perubahan yang tidak
diinginkan.
4. Level 3 (Defined Level)
Pada level ini, proses standar dalam pengembangan
suatu produk baru didokumentasikan, proses ini didasari pada proses
pengembangan produk yang telah diintegrasikan. Proses-proses ini digunakan
untuk membantu manejer, ketua tim dan anggota tim pengembangan sehingga bekerja
dengan lebih efektif. Suatu proses yang telah didefenisikan dengan baik
mempunyai karakteristik; readiness criteria, inputs, standar dan
prosedur dalam mengerjakan suatu proyek, mekanisme verifikasi, output dan
kriteria selesainya suatu proyek. Aturan dan tanggung jawab yang didefinisikan
jelas dan dimengerti. Karena proses perangkat lunak didefinisikan dengan jelas,
maka manajemen mempunyai pengatahuan yang baik mengenai kemajuan proyek
tersebut. Biaya, jadwal dan kebutuhan proyek dalam pengawasan dan kualitas
produk yang diawasi.
5. Level 4 (Managed Level)
Pada level ini, organisasi membuat suatu matrik
untuk suatu produk, proses dan pengukuran hasil. Proyek mempunyai kontrol
terhadap produk dan proses untuk mengurangi variasi kinerja proses sehingga
terdapat batasan yang dapat diterima. Resiko perpindahan teknologi produk,
prores manufaktur, dan pasar harus diketahui dan diatur secara hati-hati.
Proses pengembangan dapat ditentukan karena proses diukur dan dijalankan dengan
limit yang dapat diukur.
6. Level 5 (Optimized Level)
Pada level ini, seluruh organisasi difokuskan pada
proses peningkatan secara terus-menerus. Teknologi informasi sudah digunakan
terintegrasi untuk otomatisasi proses kerja dalam perusahaan, meningkatkan
kualitas, efektifitas, serta kemampuan beradaptasi perusahaan. Tim pengembangan
produk menganalisis kesalahan dan defects untuk menentukan penyebab
kesalahannya. Proses pengembangan melakukan evaluasi untuk mencegah kesalahan
yang telah diketahui dan defects agar tidak terjadi lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar