Archicebus achilles | Chinese Academy of Sciences
Sepuluh tahun lalu, ilmuwan menemukan fosil primata purba di provinsi Hubei, China. Kini, ilmuwan mengonfirmasi bahwa fosil itu adalah milik primata paling mula, moyang tertua manusia.
Fosil primata ini berusia 7 juta tahun lebih tua dari fosil primata yang dinobatkan sebagai yang tertua sebelumnya milik spesies Darwinius massilae, ditemukan di wilayah Messel, Jerman.
Primata tertua yang ditemukan dinamai Archicebus achilles, termasuk spesies yang sangat aktif. Fauna ini punya berat tak lebih dari 30 gram, panjang sekitar 55 cm, bola mata yang besar, dan diduga memakan serangga.
Xijun Ni dari Chinese Academy of Sciences yang memimpin analisis fosil menuturkan bahwa A. achilles memiliki ekor panjang, kaki ramping, wajah bulat, dan kaki yang mampu menggenggam. Menurut Ni, primata ini mungkin juga punya corak warna khas.
Proses identifikasi dilakukan dengan bantuan fasilitas European Synchrotron Radiation Facility di Grenoble, Perancis. Dengan fasilitas itu, dihasilkan citra 3D dari fosil. Identifikasi dilakukan dengan citra tersebut.
Identifikasi menunjukkan bahwa karakter primata ini merupakan gabungan dari karakter dua golongan primata yang berbeda, yaitu golongan primata mirip tarsius serta golongan primata anthropoida.
Anthropoida mencakup golongan primata termasuk simpanse, bonobo, dan manusia. Anthropoida dalam evolusinya terpisah dari golongan primata mirip tarsius jutaan tahun lalu. Karakter anthropoida yang ditemukan padaA. achilles antara lain tumit kakinya.
A. achilles hidup 55 juta tahun lalu di China dan termasuk spesies yang hiperaktif. Masa itu adalah masa pemanasan global yang disebut palaeocene-eocene thermal maximum, masa di mana hanya ada dunia tropis dan subtropis serta pohon palem-paleman tumbuh hingga wilayah Alaska.
Dengan karakteristiknya, A. achilles bisa dikatakan sebagai moyang tertua manusia. Bukan moyang langsung, melainkan menjadi spesies yang mengawali proses evolusi menuju terciptanya manusia.
Christopher Soligo, pakar antropologi biologi dari University College London menuturkan bahwa penemuan ini akan sangat berharga karena akan membantu ilmuwan dalam menguak proses evolusi primata.
Chris Bear dari Carniege Museum of Natural History di Pittsburgh mengungkapkan, fosil ini memberi petunjuk bahwa tahap paling penting dalam evolusi primata, termasuk golongan anthropoida, berlangsung di Asia, bukan di Afrika seperti diduga sebelumnya.
"Pendukungnya ada dua data. Pertama genetik. Kalau kita urutkan DNA mamalia dan primata yang eksis saat ini, kita menemukan bahwa yang terdekat primata adalah tikus pohon dan lemur, dan ini adalah hewan yang hidup di Asia kini, tepatnya Asia Tenggara," kata Beard.
Data pendukung kedua adalah rekaman fosil. Fosil primata yang hidup 55 juta tahun lalu memang ditemukan di Afrika. Namun, pengetahuan tentangnya sangat terbatas yakni hanya berasal dari fosil gigi dan beberapa tulang.
"Afrika saat itu merupakan benua dengan spesies mamalia endemik yeng mencerminkan spesies mamalia modern yang hidup di Australia saat ini. Ini aneh. Tidak seperti yang kita lihat di benua lain," urai Beard.
Dalam skenario, bila primata mulai berevolusi di Asia, maka keturunan A. achilles selanjutnya akan melakukan perjalanan ke Afrika. Di benua itulah, proses evolusi selanjutnya terjadi hingga menciptakan spesies manusia.
Beard mengatakan bahwa soal perjalanan spesies anthropoida ke Afrika pada 38 juta tahun yang lalu telah diketahui. Namun, hingga saat ini ilmuwan belum mengetahui bagaimana perjalanan itu dilakukan.
Saat itu, Afrika belum terhubung dengan barat daya Asia. Mungkin, spesies anthropoida pada saat itu menyeberangi perairan untuk menuju Afrika. Beard mengatakan bahwa itu memang tidak mudah, tapi mungkin dilakukan.
Analisis fosil ini dipublikasikan di jurnal Nature yang terbit Rabu, (5/6/2013).
Fosil primata ini berusia 7 juta tahun lebih tua dari fosil primata yang dinobatkan sebagai yang tertua sebelumnya milik spesies Darwinius massilae, ditemukan di wilayah Messel, Jerman.
Primata tertua yang ditemukan dinamai Archicebus achilles, termasuk spesies yang sangat aktif. Fauna ini punya berat tak lebih dari 30 gram, panjang sekitar 55 cm, bola mata yang besar, dan diduga memakan serangga.
Xijun Ni dari Chinese Academy of Sciences yang memimpin analisis fosil menuturkan bahwa A. achilles memiliki ekor panjang, kaki ramping, wajah bulat, dan kaki yang mampu menggenggam. Menurut Ni, primata ini mungkin juga punya corak warna khas.
Proses identifikasi dilakukan dengan bantuan fasilitas European Synchrotron Radiation Facility di Grenoble, Perancis. Dengan fasilitas itu, dihasilkan citra 3D dari fosil. Identifikasi dilakukan dengan citra tersebut.
Identifikasi menunjukkan bahwa karakter primata ini merupakan gabungan dari karakter dua golongan primata yang berbeda, yaitu golongan primata mirip tarsius serta golongan primata anthropoida.
Anthropoida mencakup golongan primata termasuk simpanse, bonobo, dan manusia. Anthropoida dalam evolusinya terpisah dari golongan primata mirip tarsius jutaan tahun lalu. Karakter anthropoida yang ditemukan padaA. achilles antara lain tumit kakinya.
A. achilles hidup 55 juta tahun lalu di China dan termasuk spesies yang hiperaktif. Masa itu adalah masa pemanasan global yang disebut palaeocene-eocene thermal maximum, masa di mana hanya ada dunia tropis dan subtropis serta pohon palem-paleman tumbuh hingga wilayah Alaska.
Dengan karakteristiknya, A. achilles bisa dikatakan sebagai moyang tertua manusia. Bukan moyang langsung, melainkan menjadi spesies yang mengawali proses evolusi menuju terciptanya manusia.
Christopher Soligo, pakar antropologi biologi dari University College London menuturkan bahwa penemuan ini akan sangat berharga karena akan membantu ilmuwan dalam menguak proses evolusi primata.
Chris Bear dari Carniege Museum of Natural History di Pittsburgh mengungkapkan, fosil ini memberi petunjuk bahwa tahap paling penting dalam evolusi primata, termasuk golongan anthropoida, berlangsung di Asia, bukan di Afrika seperti diduga sebelumnya.
"Pendukungnya ada dua data. Pertama genetik. Kalau kita urutkan DNA mamalia dan primata yang eksis saat ini, kita menemukan bahwa yang terdekat primata adalah tikus pohon dan lemur, dan ini adalah hewan yang hidup di Asia kini, tepatnya Asia Tenggara," kata Beard.
Data pendukung kedua adalah rekaman fosil. Fosil primata yang hidup 55 juta tahun lalu memang ditemukan di Afrika. Namun, pengetahuan tentangnya sangat terbatas yakni hanya berasal dari fosil gigi dan beberapa tulang.
"Afrika saat itu merupakan benua dengan spesies mamalia endemik yeng mencerminkan spesies mamalia modern yang hidup di Australia saat ini. Ini aneh. Tidak seperti yang kita lihat di benua lain," urai Beard.
Dalam skenario, bila primata mulai berevolusi di Asia, maka keturunan A. achilles selanjutnya akan melakukan perjalanan ke Afrika. Di benua itulah, proses evolusi selanjutnya terjadi hingga menciptakan spesies manusia.
Beard mengatakan bahwa soal perjalanan spesies anthropoida ke Afrika pada 38 juta tahun yang lalu telah diketahui. Namun, hingga saat ini ilmuwan belum mengetahui bagaimana perjalanan itu dilakukan.
Saat itu, Afrika belum terhubung dengan barat daya Asia. Mungkin, spesies anthropoida pada saat itu menyeberangi perairan untuk menuju Afrika. Beard mengatakan bahwa itu memang tidak mudah, tapi mungkin dilakukan.
Analisis fosil ini dipublikasikan di jurnal Nature yang terbit Rabu, (5/6/2013).
Sumber : http://sains.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar