Minggu, 18 Januari 2015

Program Menu Data Pasien pada Java

TUGAS : Buatlah program Java.
Sebuah Klinik ”SEHAT SELALU”  akan membuat laporan mengenai daftar pasien yang mengunjungi klinik tersebut. Spesifikasi proses dari laporan tersebut adalah:
·        Biaya Konsultasi ditentukan dari jenis Pelayanan. jika pelayanan umum maka biaya konsultasi Rp.20.000,- sedangkan jika pelayanan spesialisasi maka biaya Rp. 60.000.-
·        Biaya Test ditentukan dari jenis test.  jika jenis test darah maka biaya test Rp.250.000,- sedangkan jenis test urine Rp.100.000,-
·        Jumlah Biaya  = Biaya Konsultasi + Biaya Test + Biaya Obat
·        Jumlah Biaya lebih dari Rp.2.000.000,- mendapat diskon 10 %, Jumlah Biaya kurang dari Rp.2.000.000,- tetapi lebih dari Rp. 1.000.000,- mendapat diskon 5%, sedangkan Jumlah Biaya yang kurang atau sama dengan Rp. 1.000.000,- tidak mendapat diskon.
·        Layout sebagai berikut :

Input  :
SELAMAT DATANG DI KLINIK ’SEHAT SELALU’

Nomor rekam Medis :
Nama Pasien :
Jenis Pelayanan [umum/spesialis]:
Jenis Penyakit :
Jenis test [darah/urine]:
Biaya Obat :

Input Pasien lagi [Y/T] ?


Output:
LAPORAN KLINIK ’SEHAT SELALU’

Nomor Rekam Medis                         Nama Pasien                  Jumlah Biaya
....
....
....



Langkah-langkah :
1. Buka NetBeans pada dekstop 
2. Buat program dengan nama file Menu.java, nama file dan class pada java harus sama persis
3. Ketikkan codingan pada tampilan source, seperti gambar berikut :

Source Code :


Langkah_langkah :
4. Run Program dengan Klik icon  atau  F6

Tampilan Output :













Sabtu, 17 Januari 2015

#Tugas 17 : Calon Kapolri jadi Tersangka KPK

 


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuat kejutan dengan menjadikan Kepala Lembaga Pendidikan Polri (Kalemdikpol) Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai tersangka. Langkah KPK itu membuat geger karena fokus perhatian publik saat ini memang sedang mengarah ke Komjen Budi, calon tunggal Kapolri yang diajukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke DPR untuk menjalani proses uji kepatutan dan kelayakan.
Ketua KPK Abraham Samad menetapkan Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka kasus rekening gendut. KPK menjerat Budi atas kasus kepemilikan rekening yang mencurigakan saat menduduki jabatan kepala Biro Pembinaan Karier Polri. Ketua KPK mengatakan, pihaknya telah melakukan penyelidikan kasus itu sejak Juli 2014. Budi diduga melanggar Pasal 12a atau b, Pasal 5 Ayat (2), Pasal 11, atau Pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Penetapan Komjen Budi sebagai tersangka tepat satu hari sebelum Komisi III DPR hendak melakukan uji kepatutan dan kelayakan calon Kapolri. Sosok Budi memang kontroversial. Isu rekening gendut miliknya dan beberapa petinggi Polri lain memang bukan isu baru. Samad juga mengakui kalau KPK memberi tanda merah untuk Budi saat Presiden Jokowi hendak menunjuk calon menteri.
Terkait isu rekening gendut, pihak Mabes Polri telah menyatakan kalau Komjen Budi tidak terindikasi melakukan tindak pidana. Kadiv Humas Polri Irjen Ronny Sompie mengatakan, pada 2010 pihaknya menerima hasil analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) terkait rekening gendut. Laporan itu sudah ditindaklanjuti dan hasilnya diserahkan kembali ke PPATK. Menurut Ronny, tidak ada hal yang perlu ditindaklanjuti melalui proses hukum, karena tidak ada pidana yang berkaitan dengan transaksi mencurigakan.
Meski kontroversial, banyak kalangan menilai Komjen Budi Gunawan layak memimpin Polri. Kalangan pengamat menilai kalau Budi akan melenggang mulus dalam proses uji kepatutan dan kelayakan di DPR. Namun, keterangan pers KPK terkait status hukum Budi mengubah semuanya.
Langkah KPK yang terkesan mendadak itu pun menimbulkan tanda tanya. Momentum penetapan Komjen Budi sebagai tersangka yang hanya empat hari setelah Presiden Jokowi mengajukan nama Komjen Budi sebagai calon tunggal Kapolri dinilai tidak tepat. Hal itu menimbulkan prasangka bahwa penetapan status tersangka itu bermotif politik.
Kita tentu berharap agar kasus yang menimpa Komjen Budi ini murni sebagai persoalan hukum dan tidak ada sangkut paut dengan persoalan politik atau bahkan persaingan di internal Polri. Untuk itu, KPK harus lebih serius dalam menuntaskan kasus yang menimpa Komjen Budi. Sebab, publik melihat saat ini banyak kasus yang ditangani KPK dan terkesan masih jalan di tempat.
Contohnya, pada Mei 2014 KPK menetapkan mantan Menteri Agama Suryadharma Ali sebagai tersangka terkait penyelenggaraan haji di Kementerian Agama. Delapan bulan setelah penetapan tersangka itu tidak ada kejelasan tentang nasib Suryadharma Ali.
Masih pada Mei 2014, KPK juga menetapkan politisi Partai Demokrat Sutan Bhatoegana sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait dengan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Kementerian ESDM tahun 2013. Hingga kini kasus yang menimpa Sutan itu juga belum ada kemajuan berarti.
Kita berharap agar KPK terus memberi penjelasan ke publik terkait kasus yang menimpa Komjen Budi ini agar tidak ada kabar miring yang menimpa lembaga antikorupsi itu. Dalam kasus ini, kita berharap agar hukum yang menjadi panglima, bukan kepentingan politik.
Publik berharap agar penetapan tersangka terhadap Komjen Budi tidak berlanjut menjadi perseteruan antara institusi KPK dan Polri atau yang dikenal publik sebagai perseteruan “cicak vs buaya”. Perseteruan seperti itu justru akan merugikan penegakan hukum di Indonesia, terutama dalam pemberantasan korupsi. KPK dan Polri serta Kejaksaan Agung seharusnya bisa meningkatkan sinergitas agar hukum benar-benar menjadi panglima di negeri ini.
Di sisi lain, kasus Komjen Budi juga harus menjadi pelajaran dalam mencari sosok pejabat publik. Rekam jejak calon pejabat negara, terutama di institusi yang terkait dengan penegakan hukum, harus benar-benar ditelusuri.
Rekam jejak calon pejabat di lingkungan penegakan hukum sangat penting agar penegakan hukum bisa berjalan dengan baik. Ibaratnya, membersihkan ruangan dari sampah dan kotoran lainnya harus menggunakan sapu yang bersih.







Sumber :


# Tugas 16 : Pro-Kontra Low Cost Carrier (LCC) di Indonesia


Kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 baru-baru ini berbuntut panjang. Tidak hanya mengenai permasalahan teknis, ranah regulasi dan kebijakan pun akhirnya terusik. Adalah Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, yang menjadi aktor utama.

Ujung pangkalnya ialah tanda tangan sang menteri pada peraturan Menhub yang mengatur kebijakan tarif batas bawah penerbangan, yakni minimal 40 persen dari tarif batas atas. Efeknya, regulasi terkait pengaturan tarif batas bawah ini akan membuat maskapai penerbangan berbiaya rendah (low cost carrier/LCC) tidak dapat lagi menjual tiket sangat murah sebagai bagian dari program pemasaran.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) secara resmi menaikkan tarif batas bawah untuk tiket penerbangan. Dengan kata lain, mulai sekarang tidak ada lagi tiket penerbangan murah.

Ketetapan tarif baru ini tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan nomor 91 Tahun 2014. Aturan tarif baru ini hanya berlaku untuk penerbangan dalam negeri. Aturan ini sudah ditandatangani Menteri Perhubungan Ignasius Jonan pada 30 Desember 2014.

Kemenhub menaikkan tarif batas bawah penerbangan dari 30 persen menjadi 40 persen. Maka dari itu, masyarakat dipastikan tak lagi bisa mendapatkan tiket pesawat harga promosi di bawah Rp 500.000.

Jonan beralasan diaturnya tarif pesawat, khususnya maskapai penerbangan murah, agar tidak terjadi persaingan yang memicu maskapai berlomba-lomba menambah slot penerbangan di luar izin yang diberikan.

Selain itu, Jonan tak habis pikir dengan harga tiket kereta api hampir sama dengan harga tiket pesawat. Jonan mengatakan harga tiket kereta api eksekutif saja justru untungnya hampir tidak ada, apalagi pesawat.

Jonan sangat yakin maskapai penerbangan yang menjual tiket murah, mengalami kerugian. "Coba tanya AirAsia dan Garuda, rugi gak operasinya selama ini? Kalau rugi terus, bahaya. Kalau tutup mendingan kan. Kalau jalan terus, kan pasti banyak yang dikorbankan," ujar Jonan.

Dengan mengalami rugi itu, kata Jonan, tidak mungkin maskapai-maskapai itu akan menombok terus keuangannya. Hal seperti inilah yang menurut Jonan tidak sehat dalam industri penerbangan. Jonan curiga adanya 'kompensasi' lain agar maskapai tidak mengalami kerugian, yakni bisa saja dengan pengurangan di dalam maintenancenya.

Keputusan Jonan ini sontak menimbulkan banyak penolakan. Namun, tak sedikit pula yang mendukung mantan bos KAI ini.

Berikut pro dan kontra dari kebijakan ini.

1.Kenaikan tarif batas bawah tak signifikan

Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mendukung penaikan tarif batas bawah penerbangan menjadi 40 persen dari sebelumnya 30 persen. Besaran itu dinilai masih terjangkau untuk masyarakat.

Ia mengatakan bahwa penaikan biaya tiket pesawat tidak terlalu signifikan.
Atas dasar itu, dia optimistis penaikan tarif itu tak bakal mengancam industri pariwisata di Tanah Air.

2.Putusan Jonan buat investor lebih percaya pada industri penerbangan

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut karut marutnya industri penerbangan Tanah Air tak membuat sektor ini kehilangan daya tariknya di mata investor. Sikap tegas Kemenhub justru dianggap membuat perusahaan maskapai penerbangan akan lebih patuh.

Hal tersebut diungkapkan Kepala BKPM Franky Sibarani di Jakarta. Dia memprediksi bakal terjadi pertambahan kinerja investasi di sektor penerbangan Indonesia.

"Saya kira dengan ditertibkan, investasi penerbangan jadi lebih menarik. Dengan yang ada sebetulnya terjadi perubahan eskalasi," kata Franky.

Franky mengklaim, selama tahun lalu, investasi di dunia penerbangan Indonesia tergolong bagus. Maka itu, dia menyebut ke depannya persaingan antar maskapai bakal lebih sehat.

"Mereka yang tidak mampu pasti akan rontok. Yang kompeten dan mampu, akan survive," terangnya.

3.Penerbangan murah terbukti hidupkan kinerja pariwisata negeri


Maskapai penerbangan murah (LCC) sudah menjadi tren dunia sejak lama. Meski terlambat berkembang di Indonesia, namun penerbangan murah telah berkontribusi signifikan terhadap kemajuan industri pariwisata Tanah Air.

Hal tersebut diungkapkan mantan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar, di Jakarta, Sabtu (10/1)

Atas dasar itu, Sapta mengkritik keputusan pemerintah membenahi industri penerbangan dengan cara menaikkan tarif batas bawah penerbangan.

" Tiket murah itu lebih pada efisiensi," katanya. "Misal LCC memberikan pilihan untuk fasilitas seperti bagasi yang minim jika ingin lebih ada tambahan biaya, tanpa makanan, tidak ada pilihan tempat duduk. Ini berbeda dengan pesawat servis yang semuanya sudah termasuk di dalam harga tiket".


4.Terbang murah bukan berarti pelayanan keselamatan minim


Langkah Ignasius Jonan itu banyak memicu reaksi keras dari banyak kalangan, salah satunya para backpacker atau budget traveler. Terlebih mereka adalah salah satu pemburu tiket penerbangan murah.

"Emang yakin kalau enggak murah selamat? Yang penting sistemnya," ucap Ook menggebu-gebu kepada merdeka.com, Jakarta.

Begitu juga dengan Deffa yang aktif di dalam Komunitas Jalan-Jalan Indonesia, "Saya tidak setuju sih, karena alasan yang diberikan Menteri Jonan tidak relevan. Mahal tidak berarti selamat juga," cetus dia.

Kebijakan kontroversial ini pun mau tak mau memaksa para backpacker untuk memikirkan ulang perjalanan mereka. "Salah satu motto backpaker kan dengan biaya seminimal mungkin mendapatkan pengalaman yang semaksimal mungkin," tambah Ook.

Kendati demikian, mereka tetap menginginkan harga penerbangan murah dengan standar keselamatan nomor satu. Apalagi selama ini mereka meyakini harga murah pesawat bukan karena perusahaan maskapai tidak acuh terhadap keselamatan penumpang. Mereka menganggap maskapai penerbangan hanya menekan biaya pelayanan sehingga harga tiket menjadi murah.

5.Penerbangan murah dituding kerap curangi konsumen



Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel (ASITA), Asnawi Bahar tidak bisa menyembunyikan kekesalannya pada maskapai penerbangan murah atau Low Cost Carrier (LCC) di Indonesia. Asosiasi travel mengaku kerap dibuat kesulitan karena kebijakan maskapai.

Salah satu kekesalan Asnawi soal ketidakjelasan pajak tiket ketika dilakukan pembatalan. Dia menuturkan, jika terbang dengan penerbangan murah dan melakukan pembatalan, maka tiket dinyatakan hangus. Padahal dalam tiket itu, penumpang sudah membayar pajak.

"Penerbangan murah perlu jujur. Penumpang sudah beli tiket, sudah bayar pajak dan sebagainya. Kalau batal, pajak itu kemana? dan itu tidak dikembalikan, tidak ada penjelasan," ucap Asnawi ketika dihubungi merdeka.com di Jakarta.

Dia menyebutkan, potensi pajak yang tidak jelas penyalurannya itu cukup besar. Mengingat jumlah penumpang yang membatalkan penerbangan juga banyak. "Ada banyak penumpang, berapa coba duitnya. Pajaknya kemana. Harusnya dikembalikan," katanya.




Sumber:

#Tugas 15 : Alat Canggih Pendeteksi Black Box AirAsia QZ-8501


Pengangkatan black box Adam Air
Setelah serpihan pesawat AirAsia ditemukan, tahap pencarian selanjutnya adalah mencari black box, yang bisa menjadi kunci penyebab AirAsia jatuh ke laut. Laut Jawa, tempat ditemukannya serpihan-serpihan itu, berkedalaman 25-30 meter.
Maka, selain melibatkan penyelam, alat-alat canggih juga dilibatkan seperti ini:

Pinger Detecor


Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) berusaha mencari tahu keberadaan black box pesawat AirAsia QZ8501. Alat yang digunakan berupa 6 buah Pinger Detection.
Pada Selasa (30/12/2014) malam Kepala KNKT Tatang Kurniadi mengatakan 6 Pinger Detector yang akan dipakai untuk mencari sinyal emergency yang menempel di blackbox (kotak hitam).

Alat emergency yang dimaksud Tatang adalah Underwater Locator Beacon (ULB) yang menempel di black box yang mengeluarkan sinyal darurat. Pinger detector selanjutnya akan mendeteksi bunyi tersebut. Bisa mendeteksi suara hingga 200 meter.

Enam alat Pinger Detector yang akan digunakan merupakan milik KNKT, KNKT Singapura dan KNKT Inggris. Rencananya, tim pencari blackbox ini akan mulai bergerak dari Tanjung Pandan sekitar pukul 06.00 WIB.


Remote Operator Vehicle (ROV)


Bila lokasi black box sudah diketemukan, maka robot yang disebut Remote Operated Vehicle (ROV) akan digunakan. Alat ini akan mengangkat benda-benda dalam laut yang dalam.

ROV digunakan untuk banyak hal di dalam air, beberapa di antaranya untuk kepentingan eksplorasi minyak lepas pantai, termasuk perakitan pipa, elektronik, dan konstruksi.

ROV ini juga digunakan untuk mengangkat black box Adam Air di perairan Majene Sulbar dari kedalaman laut 2.000 meter. ROV yang digunakan untuk mengangkat AdamAir saat itu adalah jenis ROV Remora yang bisa menjelajah hingga kedalaman 6 ribu meter.

Yang akan membawa ROV dalam SAR AirAsia adalah tim survei yang beranggotakan Ikatan Surveyor Indonesia dan Asosiasi Kontraktor Survey Laut Indonesia membawa sejumlah peralatan canggih yang biasa digunakan untuk pemetaan bawah laut.

Ketua Ikatan Alumni Geodesi ITB yang tergabung dalam tim survei, Henky Suharto, di pelabuhan Tanjung Priok, Rabu (31/12/2014) mengatakan mereka akan mencari objek dengan sonar, setelah itu akan membuat peta dalam bentuk 3D setelah itu ROV akan diturunkan untuk mengambil gambar visual dan foto.


Multibeam Echosounder


Multibeam echosounder, menurut situs National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), alat ini digunakan untuk survei di laut dalam, menentukan letak kedalaman benda seperti bangkai kapal, penghalang, dan objek-objek lainnya.

Alat ini juga akan dibawa tim survei dari Ikatan Surveyor Indonesia dan Asosiasi Kontraktor Survey Laut Indonesia.

Alat ini, seperti sistem sonar lainnya, memancarkan gelombang suara dalam bentuk kipas yang dari langsung di bawah lambung kapal. Sistem ini mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan sinyal akustik dari transmitter atau pemancar ke dasar laut atau objek dan kembali lagi. Dari pergerakan sinyal akustik itu, bisa diketahui jarak kedalaman benda.

 Dengan cara ini alat ini menghasilkan cakupan area luas survei. Cakupan area di dasar laut tergantung pada kedalaman air, biasanya dua sampai empat kali kedalaman air.


Side Scan Sonar


Tim dari Ikatan Surveyor Indonesia dan Asosiasi Kontraktor Survey Laut Indonesia juga akan membawa side scan sonar. Side scan sonar adalah sistem khusus untuk mendeteksi benda-benda di dasar laut. Kebanyakan sistem pemindaian samping tidak dapat memberikan informasi mendalam.

Seperti sonar lainnya, side scan sonar ini memancarkan energi suara dan menganalisa sinyal kembali (echo/gaung) yang kembali dari dasar laut atau benda lainnya. Side scan sonar biasanya terdiri dari tiga komponen dasar: towfish, kabel transmisi, dan unit pengolahan.


Submersible Vehicle


Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) menyatakan butuh suatu alat bernama submersible vehicle untuk mengevakuasi pesawat AirAsia bernomor penerbangan QZ 8501. Tapi Indonesia tak punya alat itu dan harus meminjamnya dari mancanegara. Apa sebenarnya submersible vehicle itu?

Submersible vehicle bila diterjemahkan tentu saja berarti kendaraan selam. Namun bukan berarti ini sama dengan kapal selam. Bila diperhatikan, submersible vehicle terlihat lebih ringkas secara ukuran. Dikutip dari berbagai sumber, submersible vehicle merupakan kendaraan kecil yang didesain untuk menjangkau kedalaman lautan, bahkan hingga kedalaman bertekanan tinggi yang tak mungkin manusia bisa berada pada titik kedalaman itu.

Submersible vehicle tak bisa beroperasi sendiri layaknya kapal selam, melainkan butuh 'kapal induk' yang berada di atas permukaan air. Kendaraan yang tidak sepenuhnya otonom ini masih membutuhkan dukungan dari kapal di permukaan laut, mereka dihubungkan oleh semacam tali atau saluran.

Submersible hanya memuat sedikit awak dengan ruang yang sempit. Kendaraan ini dirancang sedemikian rupa untuk tahan terhadap tekanan air yang tinggi di kedalaman laut. Ada pula sejenis submersible yang dinamakan marine remotely operated vehicles (MROV) yang tak menggunakan awak.

Namun demikian, submersible jenis apa yang bakal digunakan untuk mengevakuasi AirAsia? Pihak Basarnas belum jelas betul menjelaskannya. Hanya saja, submersible itu bukan ROV yang tak berawak.

Kepala Humas Basarnas Dianta Bangun di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta pada hari Senin (29/12) mengatakan bahwa mereka masih belum bisa bicara lebih jauh, karena ini masih meminta bantuan. Sekarang masih focus untuk pencarian. Submersible vehicle itu untuk evakuasi dan jika nanti sudah ketemu lokasinya dan ketemu kedalamannya, baru submersible dibutuhkan. Submersible ini biasanya ada awaknya, dan awaknya mengoperasikan.





Sumber :


Rabu, 14 Januari 2015

Pencarian Black Box AirAsia QZ8501

Black Box Air Asia QZ8501 Terdeteksi Tiga Kapal Pencari

Tim penyelam mencoba mengangkat ekor pesawat Air Asia QZ8501. Sinyal black box (kotak hitam) pesawat Air Asia QZ8501 mulai terdeteksi di tengah-tengah upaya pengangkatan bagian ekor pesawat.
"Ya betul ada terdeteksi, 1 km arah timur dari penemuan ekor," ujar Direktur operasional Basarnas SB Supriyadi, Ahad (11/1).
 Sinyal black box, ujarnya, terdeteksi oleh tiga kapal yang berada tidak jauh dari ekor pesawat. Posisi kotak hitam yang berada di luar kotak hitam itu, disebutnya karena diduga terlempar dari bagian ekor pesawat yang hilang kontak pada 28 Desember 2014 lalu itu.
Ketiga kapal yang berhasil menemukan sinyal black box pesawat Air Asia tersebut, yaitu Baruna Jaya, Java Interior, dan Geo Survey.  Ia mengatakan akan dilakukan pengecekan dengan melakukan penyelaman dari kapal KN Pacitan.

Baruna Jaya Fokus Temukan Kotak Hitam
Kapal Baruna Jaya IV BPPT bergerak melakukan pencarian pesawat AirAsia QZ 8501 yang jatuh di perairan Belitung, Ahad (28/12).
Kapal riset Baruna Jaya I diminta fokus menemukan kotak hitam pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di perairan Teluk Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah (Kalteng).
Perekayasa madya BPPT Yudo Haryadi melalui sambungan telpon kepada Antara di Pangkalan Bun, Kalteng, Minggu mengatakan penekanan pencarian Baruna Jaya I dari Basarnas untuk mencari kotak hitam dulu.
Pergerakan kapal riset ini pun, menurut dia, berada di bawah koordinasi Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT). "Ada tiga kapal yang membawa 'pinger locator' yang di berada di lokasi pencarian dan itu dikoordinasikan oleh KNKT," ujar dia.
 Sejauh ini, menurut dia, "pinger locator" Baruna Jaya I baru menangkap indikasi signal atau ping kotak hitam pesawat yang dicari di beberapa lokasi. Namun belum ada yang terkonfirmasi hingga pencarian hari ke-14. Saat ini, Yudo mengatakan Baruna Jaya I masih mencoba mencari atau menangkap signal dari kotak hitam di radius yang tidak begitu jauh dari penemuan ekor pesawat. "Pinger locator" dapat menangkap signal dari kotak hitam sekitar enam kilometer.
Kapal riset ini, menurut dia, masih "disiplin" menyisir sektor prioritos kedua untuk menemukan kotak hitam sesuai dengan arahan Badan SAR Nasional. Sebelumnya, Direktur Operasional Basarnas Marsekal Pertama SB Supriyadi mengatakan kotak hitam yang menyimpan Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) dari pesawat Air Asia QZ8501 diduga telah terpisah dari ekor pesawat. "(Kotak hitam) tidak ada (di ekor pesawat). Jadi kemungkinan sudah berpisah dengan ekornya," katanya. Hanya saja, ia mengatakan letak pasti dari benda yang mengeluarkan signal tersebut belum dapat ketahui.
"Letaknya belum bisa kita pastikan, masih berupa kemungkinan-kemungkinan. Namun beberapa kapal pencari yang membawa 'pinger locater' menangkap signal yang berada satu kilometer (km) sebelah tenggara dari ekor pesawat yang telah ditemukan," ujarnya. "Lebih dan kurangnya seperti itu, sehingga sekarang upaya mendeteksi dengan pinger ini terus dilakukan supaya dapat lokasinya yang tepat, sehingga nanti penyelam bisa turun ke lokasi yang tepat," ujar dia.

Sinyal Ping QZ 8501 Diduga Berhasil Diidentifikasi

Potongan bagian ekor pesawat AirAsia QZ8501 setelah berhasil diangkat dari dasar laut dengan menggunakan "floating bag" oleh tim penyelam gabungan TNI AL dan ditempatkan di atas kapal Crest Onyx, di perairan Laut Jawa.
Kapal riset Baruna Jaya I (BJ1) tengah mengidentifikasi sinyal PING yang diduga kotak hitam pesawat Air Asia QZ 8501 yang jatuh di perairan Teluk Kumai, Kalimantan Tengah (Kalteng).
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi dan Pengembangan Sumberdaya Alam Ridwan Djamaluddin dalam keterangannya di Teluk Kumai, Kalteng, Ahad (11/1), mengatakan temuan sinyal tersebut berada sekitar empat kilometer (km) dari area temuan ekor pesawat Air Asia QZ 8501. Ia menduga kuat obyek tersebut adalah kotak hitam yang tengah menjadi fokus pencarian tim SAR gabungan. Saat ini, ada tiga Kapal Survei yang dikoordinasikan Basarnas yang tengah melakukan verifikasi terhadap dugaan obyek kotak hitam tersebut.
Sementara itu Penanggung Jawab Puskodal Operasi Baruna Jaya I BPPT Imam Mudita mengatakan dugaan obyek tersebut berada sekira 4,5 km dari area temuan ekor pesawat Air Asia QZ 8501. "Frekuensi kotak hitam 37,5 khz, terus kita dengarkan dan dipantau koordinatnya," ujar dia.
Sebelumnya, Direktur Operasional Basarnas Marsekal Pertama SB Supriyadi mengatakan kotak hitam yang menyimpan Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) dari pesawat Air Asia QZ 8501 diduga telah terpisah dari ekor pesawat. "(Kotak hitam) tidak ada (di ekor pesawat). Jadi kemungkinan sudah berpisah dengan ekornya," katanya.
Hanya saja, ia mengatakan letak pasti dari benda yang mengeluarkan signal tersebut belum dapat ketahui. "Letaknya belum bisa kita pastikan, masih berupa kemungkinan-kemungkinan. Namun beberapa kapal pencari yang membawa 'pinger locater' menangkap signal yang berada satu kilometer (km) sebelah tenggara dari ekor pesawat yang telah ditemukan".
"Lebih dan kurangnya seperti itu, sehingga sekarang upaya mendeteksi dengan pinger ini terus dilakukan supaya dapat lokasinya yang tepat, sehingga nanti penyelam bisa turun ke lokasi yang tepat," ujar dia.

Black Box Air Asia QZ8501 Diperkirakan Berada 4 Kilometer dari Ekor Pesawat
Serpihan pesawat Air Asia QZ8501 disimpan di ruang Disasater Victim Identification (DIV) Polri di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalteng, Kamis (8/1). (Antara/Prasetyo Utomo)
Kapal riset Baruna Jaya I (BJ1) tengah mengidentifikasi sinyal PING yang diduga kotak hitam pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di perairan Teluk Kumai, Kalimantan Tengah.
“Temuan sinyal tersebut berada sekitar empat kilometer dari area temuan ekor pesawat Air Asia QZ 8501,” terang Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi dan Pengembangan Sumberdaya Alam Ridwan Djamaluddin, Ahad (11/1).
Ia menduga, obyek tersebut adalah kotak hitam yang tengah menjadi fokus pencarian tim SAR gabungan. Untuk memastikannua, tiga kapal survei yang dikoordinasikan Basarnas tengah memverifikasi obyek tersebut.
"Mudah-mudahan tidak salah. Karena tiga alat dari tiga kapal, ketika memanggil, ping-nya menjawab dari kotak hitam," katanya.
Sementara itu Penanggung Jawab Puskodal Operasi Baruna Jaya I BPPT Imam Mudita mengatakan dugaan obyek tersebut berada sekitar 4,5 km dari area temuan ekor pesawat AirAsia QZ 8501. "Frekuensi kotak hitam 37,5 khz, terus kita dengarkan dan dipantau koordinatnya," ujar dia.


Sumber :

Black Box (Kotak Hitam)


Kotak hitam atau black box adalah sekumpulan perangkat yang digunakan dalam bidang transportasi - umumnya merujuk kepada perekam data penerbangan (flight data recorder; FDR) dan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder; CVR) dalam pesawat terbang.
Fungsi dari kotak hitam sendiri adalah untuk merekam pembicaraan antara pilot dan pemandu lalu lintas udara atau air traffic control (ATC) serta untuk mengetahui tekanan udara dan kondisi cuaca selama penerbangan. Walaupun dinamakan kotak hitam tetapi sesungguhnya kotak tersebut tidak berwarna hitam tetapi berwarna jingga (oranye). Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pencarian jika pesawat itu mengalami kecelakaan.
Penempatan kotak hitam ini dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah ditemukan. Umumnya terdapat dua unit kotak hitam yang diletakkan pada bagian depan pesawat dan bagian ekor pesawat, yang diyakini merupakan bagian yang utuh ditemukan.

Asal Penemuan
Terdapat berbagai versi dalam penemuan kotak hitam atau alat perekam dalam dunia penerbangan. Terlebih lagi ketika kecelakaan pesawat terbang, seringkali pesawat hancur sehingga sulit dicari sebab kecelakaan tersebut. Hal tersebut mendorong Dr.David Warren, seorang ahli ledakan, membuat alat yang dapat merekam semua informasi sebelum terjadi kecelakaan.
Idenya diambil dari sebuah alat tape recorder yang berukuran saku, dan disain dibuat di Australia, untuk dilanjutkan menjadi alat yang merekam semua arus komunikasi dalam penerbangan. Alat ini ini bisa merekam suara pilot dan semua data yang diterima dari 8 alat yang berbeda. Semua data ini bisa dipisah dan menghasilkan data yang akurat tentang penyebab kecelakaan. Alat ini kemudian dirancang untuk digunakan dalam perawatan dan pemeliharaan pesawat. Sehingga diketahui bagian mana yang mengalami tekanan.
Alat rekaman ini kemudian dimasukkan dalam kotak baja yang kuat untuk menjaga agar tidak ikut hancur ketika kecelakaan pesawat. Kotak ini kemudian dilapisi Asbes tahan api sehingga kabel-kabelnya tidak ikut rusak karena panas.
Masalah lain adalah ketika kekhawatiran pembicaraan para pilot selama penerbangan tersiar ke masyarakat umum dan disalahgunakan. Untuk mengatasi ini, dibuatkan komputer khusus yang disambungkan ke perekam. Dengan bantuan grafik, bisa dihasilkan gambar dari setiap kejadian.

Asal Istilah

Red Egg

Istilah kotak hitam muncul ketika selepas pertemuan mengenai perekam penerbangan komersial pertama yang dinamai "Red Egg" karena warna dan bentuknya, seseorang berkomentar: "Ini adalah kotak hitam yang menakjubkan". Kotak hitam adalah istilah yang lebih humoris dan hampir tidak pernah digunakan dalam industri keselamatan penerbangan. Perekam ini secara umum tidak berwarna hitam, namun biasanya oranye terang (lihat gambar) karena ditujukan agar mudah dicari dan ditemukan setelah terjadi suatu insiden.

Box-of-tricks

Asal alternatif untuk istilah ini adalah dari terminologi RAF ketika Perang Dunia II. Selama periode inovasi elektronik baru pada 1940-1945, benda seperti Oboe, GEE dan H2S dipasang pada pesawat (biasanya pesawat pengebom) secara rutin. Purwarupanya ditutupi kotak besi buatan dan dicat hitam untuk mencegah pemantulan. Setelah beberapa waktu, barang elektronik "baru" apapun disebut sebagai "kotak trik" (box-of-tricks) atau "kotak hitam" (black box). Ekspresi ini meluas hingga masa penerbangan sipil setelah perang dan akhirnya penggunaan secara umum.

Pengembangan Teknologi
Alat perekam dalam penerbangan ini, Flight Data Recorder (FDR) atau Cockpit Voice Recorder (CVR), umumnya menggunakan pita perekam selayaknya kaset pada tape recorder. Namun perkembangan baru, kini telah digunakan FDR atapun CVR yang merekam menggunakan chip memory khusus.
Ketika terjadi insiden 11 September 2011 yang dikenal dengan 9-11, muncul usulan dari pihak keselamatan penerbangan agar kokpit persawat dilengkapi dengan Video Data Recorder yang merekam aktivitas dan situasi pilot saat penerbangan termasuk menit-menit terakhir dalam kecelakaan untuk melihat situasi sebenarnya.



8 Fakta tentang Kotak Hitam (Black Box) Pesawat

1.       Warna Black Box tidak hitam


Meski disebut kotak hitam, warnanya sebenarnya hampir sama dengan warna jembatan Golden Gate yang terkenal di San Francisco. Corak warnanya adalah orange, yang dimaksudkan untuk membedakannya secara gampang dengan obyek  di sekitarnya. Jika warna Golden Gate lebih kelam, warna kotak hitam adalah orange yang lebih terang.

2.       Kotak Hitam Pesawat Terdiri atas dua bagian


Kotak hitam terdiri atas dua bagian :
Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder  (CVR). Keduanya wajib bagi semua pesawat komersial dan pesawat pribadi dan biasanya terletak di ekor pesawat. Posisi peletakan ini untuk memungkinkan agar kotak hitam ini utuh meski terjadi kecelakaan.
FDR merekam kecepatan, ketinggian, akselerasi vertical dan penggunaan bahan bakar. Jika dulu masih menggunakan sistem kabel untuk merekam data, kini kotak hitam sudah menggunakan sistem solid-state memory boards.

3.       Penemu BlackBox Orang Australia


Penemunya adalah Dr David Warren, seorang warga Australia. Ayah Warren meninggal dalam kecelakaan pesawat pada 1934. Saat itu, usia Warren masih 9 tahun. Pada 1950-an, Warren menemukan ide untuk mencipatakan alat yang bisa merekam data penerbangan dan pembicaraan di kokpit. Ia menulis catatan untuk Aeronautical Research Centre di Melbourne yang disebut sebagai “Peralatan untuk Membantu Investigasi Kecelakaan Pesawat”.
Pada tahun 1956, Dr Warren menciptakan Prototype Flight Recorder yang disebut “ARL Flight Memory Unit”. Penemuannya tidak banyak mendapat perhatian hingga tahun kemudian saat alat tersebut diproduksi di Inggris dan Amerika. Namun, Australia menjadi Negara pertama di dunia yang mewajibkan penggunaan perangkat kotak hitam di pesawat.

4.       Asal Usul disebutnya BlackBox sebagai Kotak Hitam


Sebenarnya, istilah kotak hitam hanyalah istilah favorit media. Sebab, para pakar tak menyebutnya demikian. Sejumlah teori menyebutkan asal-usul penggunaan istilah kotak hitam, mulai dari desain awalnya yang konon memang berwarna hitam hingga penggambaran pertama kalinya yang dilakukan seorang wartawan yang begitu kagum dengan alat ini dan menyebutkan, “Wah, ini kotak hitam yang luar biasa”.

5.       Kotak Hitam Pesawat Hanya menyimpan 2 jam pembicaraan di Kokpit


Perekam digital memiliki kapasitas cukup untuk merekam 25 jam data penerbangan, tetapi hanya dua jam suara di kokpit yang disimpan secara otomatis. Alat-alat CVR merekam pembicaraan kru satu sama lain, pembicaraan dengan menara pengawas, dan suara-suara lain di latar belakang.


6.       Bisa sangat lama untuk ditemukan


Kotak hitam dilengkapi dengan alat pemberi informasi lokasi bawah air yang secara otomatis mengirim transmisi begitu menyentuh air. Perangkat ini hanya bisa berfungsi hingga kedalaman air 4km dan mengirim sinyal sekali setiap detik selama periode 30 hari sebelum baterainya habis. Dalam pencarian kotak hitam pesawat Air France 447, dibutuhkan waktu dua tahun untuk menemukan dan mengangkat kotak hitam itu dari dasar laut.

7.       BlackBox hampir tak bisa dihancurkan


Alat FDR biasnya dibalut dua kali dengan Titanium atau Baja. Bagian penting yang berisi memory boards telah diuji cobakan dengan berbagai cara untuk menguji ketahanannya, termasuk percobaan menghancurkan dengan api bersuhu 1.100 °C.

8.       Tak Secanggih Handphone  (HP)


Pasca peristiwa hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370, kalangan pakar menyarankan perlunya memperbarui metode koleksi data penerbangan. Dalam industry penerbangan saat ini, para penumpang bisa mengirim SMS, menjelajah internet selama penerbangan, tetapi komunikasi alat perekam data penerbangan tidak terhubung secara langsung (live) ke pihak terkait.
Salah satu kendalanya adalah adanya kebutuhan terhadap bandwith dalam jumlah besar untuk mengirim data penerbangan dalam jumlah besar pula.






Sumber :

#Tugas 14 : Pinger Locator, Gadget Mungil Pemburu 'Black Box'



Pesawat Air Asia QZ8501 dinyatakan hilang kontak saat melakukan penerbangan dari Surabaya, Jawa Timur, menuju bandara Changi, Singapura. Air traffic control (ATC) menyatakan pesawat hanya tampak signal ADS-B pada pukul 06.17 WIB.
Sejak itu, pesawat dinyatakan hilang kontak oleh ATC. Berikut kronologis sebelum hingga pesawat Air Asia dinyatakan hilang seperti dipaparkan Plt Direktur Jenderal Perhubungan Udara Djoko Murjatmodjo di Jakarta, Minggu (28/12/2014):
Pesawat berangkat dari Surabaya, Pkl. 05.36 WIB menuju Singapura
Pesawat terbang dengan ketinggian 32.000 kaki (Flight Level 320)
Pesawat mengikut jalur penerbangan: M-635
Pesawat Contact ATC Jakarta pada pukul 06.12 WIB pada ketinggian FL 320 pada frekuensi 125.7 MHz
Pada saat contact, ATC Radar Jakarta mengidentifikasi pesawat pada layar radar
Pada saat contact, pesawat menyatakan menghindari awan ke arah kiri dari M-635 dan meminta naik ke ketinggian 38.000 kaki (FL.380)
Pukul 06.16 WIB pesawat masih terlihat di layar radar
Pukul 06.17 WIB pesawat hanya tampak signal ADS-B, pada saat ini pesawat sekaligus hilang contact dengan ATC
Pukul 06.18 WIB target hilang dari radar, hanya tampak flight plan track saja
Data penumpang sebanyak 155 orang terdiri dari dewasa 138 orang, anak-anak (16), bayi (1), pilot (2), kru kabin (4). Kapten pilot Capt. Irianto dan co-pilot Remi Emmanuel Plesel.
Tindakan yang dilakukan ATC
Menyatakan INCERFA (tahap awal pesawat hilang contact) pada pukul 07.08 WIB
Menyatakan ALERFA (tahap lanjutan pesawat) pada pukul 07.28 WIB
Pernyataan DETRESFA (pernyataan pesawat hilang) pada pukul 07.55 WIB

Catatan: Pada pernyataan INCERFA dan seterusnya, BASARNAS telah terinformasi

Misi selanjutnya dalam pencarian AirAsia QZ8501 adalah, menemukan Black Box yang merekam seluruh informasi sebelum pesawat jatuh.

Untuk menemukan Black Box tidaklah mudah. Karena biasanya terkubur dalam di bawah laut yang diselimuti lumpur, atau bagian pesawat yang pecah.

Sejumlah teknologi canggih dikerahkan, termasuk mengirim sebuah kapal dengan perlengkapan khusus untuk mencari lokasi 'si kotak hitam'.

Kapal riset Badan Penelitian dan Pengkajian Teknologi (BPPT), Baruna Jaya I adalah salah satu armada pencari Black Box AirAsia QZ8501. Kapal ini dilepaskan dengan membawa sejumlah peralatan canggih.

Pertama, sonar multibeam echosounder untuk memetakan permukaan di dasar laut. Kedua, Side Scan Sonar yang mirip dengan Multi Beam Echo Sonar. Lalu ada alat lain bernama Megato Meter atau alat deteksi logam.

"Hari ini kita menambah pinger locator untuk mendeteksi keberadaan black box," ujar Ridwan Djamaluddin, Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam, melalui siaran pers.

Pinger locator adalah alat mungil untuk mengirimkan sinyal sonar kepada Black Box. Jika diterima, sinyal tersebut akan dikirimkan balik lengkap dengan informasi keberadaan kotak hitam tersebut. Alat ini juga dipakai untuk mencari Malaysia Airlanes yang hilang Maret 2014 lalu.

Towed Pinger Locator

Sebuah pinger locator ditarik adalah perangkat yang terbawa air yang digunakan untuk menemukan sonar "ping" dari locator beacon bawah air yang dipasang pada Perekam suara kokpit dan Perekam data penerbangan dipasang di pesawat komersial.  Mereka dapat menemukan pingers pada kedalaman hingga 20.000 kaki (6.100 m) di bawah air. 

Locator dipasang di shell hidrodinamik, atau "ikan tow", dihubungkan dengan winch belakang kapal permukaan di daerah pencarian. Locator mendengarkan suara yang berasal dari suar atau "pinger". Setelah berada, suar dan perekam yang terpasang dapat diambil oleh para penyelam, kapal selam atau kendaraan yang dioperasikan jarak jauh (ROV), tergantung pada kedalaman. Sebuah model saat ini digunakan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat adalah TPL-25, yang memiliki berat 70 pound (32 kg) dan panjang 30 inci (760 mm); umumnya ditarik pada 1-5 knot (1,9-9,3 km / jam). 
Kebanyakan beacon mengirimkan pulsa sekali kedua di 37,5 kHz. 

The hydrophone harus diposisikan di bawah termoklin lapisan yang mencerminkan suara, baik kembali ke permukaan atau kembali ke dasar laut.Karena sinyal pinger relatif lemah, hidrofon harus dalam waktu sekitar satu mil laut (6.076 kaki (1.852 m)) untuk mendeteksi itu. Hidrofon ini biasanya digunakan sekitar 1.000 kaki (300 m) di atas dasar laut, di mana ia dapat memindai petak sekitar 12.000 kaki (3.700 m) lebar, pada permukaan yang datar tingkat. 

The Phoenix Towed Pinger Locator (TPL) Sistem memberikan kemampuan untuk mendeteksi dan mencari pingers relokasi darurat di pesawat jatuh ke kedalaman maksimum 6.000 MSW mana saja di dunia. Pingers pesawat komersial yang dipasang langsung pada data penerbangan dan perekam suara kokpit, pemulihan yang sangat penting untuk investigasi kecelakaan.
Sistem ini terdiri dari ikan belakangnya, kabel derek, winch, unit daya hidrolik, generator, dan kontrol konsol topside, meskipun tidak semua komponen ini diperlukan pada setiap misi. Ikan derek membawa mendengarkan perangkat pasif untuk mendeteksi pingers yang secara otomatis mengirimkan pulsa akustik. Kebanyakan pingers mengirimkan setiap detik di 37,5 kHz, meskipun TPL dapat mendeteksi transmisi pinger antara 3,5 kHz dan 50 kHz pada setiap tingkat pengulangan. 



Pinger locator beroperasi di bawah laut, dan biasanya alat ini ditempelkan pada sebuah robot tanpa awak yang dikendalikan secara nirkabel dari kapal. Alat ini juga juga puanya kemampuan luar biasa karena dibekali pemancar sonat yang sanggup menjangkau hingga kedalaman enam ribu meter lebih.

Selain pinger locator milik kapal Baruna Jaya I, Singapura juga mengirim kapal RSS Kallang yang dibekali radar berbasis sonar terdapat di lambungnya. kapal ini juga dilengkapi dengan Thales Underwater System TSM-2022 MkIII, yang bisa mendeteksi kapal selam dan bangkai pesawat. 



Sumber :