Selasa, 22 Oktober 2013

Team Work dan Implikasi Manajerial

Kerjasama dilakukan atas dasar tujuan yang sama yang hendak dicapai, sehingga kerjasama berbeda dengan ‘sama-sama kerja’ yang tidak mempunyai tujuan bersama.
Dalam suatu organisasi bisa terdapat beberapa macam kelompok yang terbentuk melalui suatu proses tertentu. Kelompok mempunyai status dan norma yang memenuhi perannya.

Pengertian Kelompok

Kelompok adalah merupakan kumpulan dari dua individu atau lebih yang berinteraksi yang memelihara pola hubungan yang stabil, berbagai tujuan bersama, dan merasakan diri mereka menjadi sebuah kelompok (Greenberg  dan Baron, 2003: 273). Definisi kelompok dikemukakan pula oleh Robbins dan Judge (2011: 310) sebagai dua atau lebih individu, berinteraksi dan saling bergantung, yang datang bersama untuk mencapai sasaran tertentu. Sedangkan Gibson, Ivancevich, Donnelly, dan Konopaske (2012: 230) mendefinsikan sebagai dua atau lebih pekerja yang berinteraksi satu sama lain dengan cara yang perilaku dan/atau kinerja anggota dipengaruhi oleh perilaku dan/atau kinerja anggota lain.
Sementara itu, Kreitner dan Kinicki (2010 : 275) mendefinisikan kelompok sebagai dua atau lebih individu yang berinteraksi secara bebas, berbagi norma dan tujuan kolektif dan mempunyai identitas bersama.
Dari pandangan para penulis tersebut tampak adanya persamaan dan sedikit perbedaan pemahaman tentang pengertian kelompok. Persamaannya adalah bahwa anggota kelompok saling berinteraksi, apabila tidak berinteraksi bukan merupakan kelompok, tetapi sekadar sekumpulan orang. Perbedaanya terletak pada pandangan bahwa kelompok tidak mempunyai tujuan bersama, tetapi mempunyai sasaran tertentu. Hal ini perlu untuk membedakan dengan pengertian tim yang akan kita bahas selanjutnya.
Dengan pandangan ini maka dapat dirumuskan kesimpulan pengertian kelompok adalah merupakan himpunan yang terdiri dari dua atau lebih yang melakukan interaksi secara bebas, mempunyai norma dan sasaran tertentu serta memiliki identitas bersama.

Di antara para penulis terdapat pandangan beragam tentang apakah kelompok kerja sama ataukah berbeda dengan tim kerja. Beberapa penulis beranggapan bahwa keduanya tidak terdapat perbedaan. Namun, pada umumnya menyadari bahwa antara keduanya perlu dibedakan.

Perbedaan Antara Kelompok dan Tim kerja

Sebuah tim terdiri dari dua orang atau lebih yang bekerja saling bergantung atau intendependenly selama beberapa waktu untuk menyelesaikan tujuan bersama atau common goal yang berkaitan dengan beberapa tujuan yang berorientasi pada tugas atau task-oriented purpose (Colquitt, LePine, Wesson: 2011:375). Mereka menyatakan bahwa tim adalah tipe khusus dari kelompok, di mana kelompok hanya merupakan kumpulan dari dua orang atau lebih. Tim dipandang khusus karena: (a) interaksi di antara anggota dalam tim berkisar sekitar ketergantungan lebih dalam satu sama lain daripada interaksi dalam kelompok, (b) interaksi dalam tim terjadi dengan tujuan yang berkaitan dengan tugas spesifik dalam pikiran. Meskipun anggota friendship group mungkin terikat dalam pembicaraan singkat atau mendalam berdasar frekuensi, anggota tim tergantung sama lain untuk informasi kritis, bahan, dan tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tujuan yang berhubungan dengan maksud untuk bersama.
Jon R. Katzenbach dan Douglas K. Smith menyatakan sebagai suatu kesalahan menggunakan istilah group (kelompok) dan team (tim) saling bergantian. Tim adalah sejumlah kecil orang dengan keterampilan komplementer yang mempunyai komitmen pada maksud bersama, tujuan kinerja dan pendekatan untuk mana mereka menjaga diri mereka saling bertanggung jawab (Kreitner dan Kinicki, 2010: 306).
Tim adalah task group yang telah dewasa untuk tahap performing. Konflik atas kekuasaan dan kewenangan serta hubungan interpersonal yang tidak stabil, banyak kelompok kerja tidak pernah dikualifikasikan sebagai real team. Inti dari tim adalah komitmen bersama.
Kelompok kerja menjadi tim ketika: (a) Kepemimpinan menjadi aktivitas bersama, (b) Akuntabilitas bergeser dari sangat individual dan kolektif, (c) Kelompok mengembangkan maksud dan misinya sendiri, (d) Problem  solving menjadi way of life, bukan aktivitas paruh waktu, dan (e) Efektivitas diukur oleh hasil dan produk kolektif kelompok (Kreitner dan Kinicki, 2010: 306).
Perbedaan lain antara kelompok kerja dengan tim kerja dilakukan oleh Robbins dan Judge (2011: 349) sebagai berikut: (a) Work group atau kelompok kerja adalah kelompok yang berinteraksi terutama berbagi informasi dan membuat keputusan untuk membantu setiap anggota kelompok melakukan dalam bidang tanggung jawabnya. (b) Work team atau tim kerja adalah sebuah kelompok di mana hasil usaha individual dalam kinerja lebih besar dari jumlah masukan individual.
Tipe Tim
Colquitt, LePine, Wesson (2011: 376) mengelompokkan tim menjadi work teams, management teams, parallel teams, project teams, dan action teams.
Work Teams
Work Teams atau tim kerja dirancang untuk relatif permanen. Maksudnya adalah untuk menghasilkan barang atau memberikan jasa, dan biasanya memerlukan komitmen penuh dari anggota mereka. Meskipun semua work team mempunyai karakteristik sama, namun dapat bervariasi dalam tingkat otonomi dalam merumuskan peran dan pengambilan keputusan. Dalam work team tradisional, anggota mempunyai tugas pekerjaan sangat spesifik dan pengambilan keputusan dibatasi pada aktivitas yang diperlukan oleh tugas tersebut. Sedang sebaliknya, anggota self-managed work teams tidak terikat dalam tugas spesifik. Mereka bersama-sama memutuskan bagaimana mengorganisir diri mereka dan menjalankan pekerjaan tim.

Menciptakan Tim Kerja Efektif

Kriteria untuk efektivitas tim kerja adalah performance dan viability. Secara konseptual, kinerja mudah diukur dari sampai di mana tim dapat menyelesaikan pekerjaan. Tim kerja tidak efektif apabila dapat meyelesaikan pekerjaan, tetapi merusak diri dan mengorbankan orang dalam proses.

Tim kerja untuk menjadi efektif juga memerlukan team-friendly organization. Tim kerja memerlukan sistem dukungan. Mereka mendapat kesempatan sukses apabila dipelihara dan difasilitasi oleh organisasi. Maksud tim perlu selaras dengan strategi organisasi. Demikian juga, partisipasi tim dan otonomi memerlukan budaya organisasi yang menghargai proses tersebut. Anggota timjuga perlu peralatan teknologi yang tepat. 

Implikasi manajerial
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata Implikasi berarti akibat. Kata Implikasi sendiri dapat merujuk ke beberapa aspek yaitu salah satunya yang dibahas saat ini adalah manajerial atau manajemen.
Dalam manajemen terdapat 2 implikasi yaitu :
  1. Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan formulasi kebijakan.
  2. Implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan.

Teori managerial grid yang  dikemukakan oleh Robert K. Blakec dan Jane S. Mouton  membedakan dua dimensi dalam kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”. Pada dasarnya teori managerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu :
  • Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
  • Country Club artinya kepemimpinan didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
  • Team yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen. Tekanan utama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan penghargaan.
  • Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
  • Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan.

Impilkasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi

Hersey dan Blanchard mengemukakan empat gaya kepemimpinan sebagai berikut :
  • Telling (S1), yaitu perilaku pemimpin dengan tugas tinggi dan tugas rendah. Gaya ini mempunyai ciri komunikasi satu arah, dimana pemimpin yang berperan.
  • Selling (S2), perilaku dengan tigas tinggi dan hubungan tinggi. Kebanyakan pengarahan masih dilakukan oleh pemimpin, tetapi sudah mencoba komunikasi dua arah dengan dukungan sosioemosional supaya bawahan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
  • Participating (S3), yaitu perilaku hubungan tinggi tugas rendah. Pemimpin dan bawahan sama-sama memberikan kontribusi dalam mengambil keputusan melalui komunikasi dua arah dan yang dipimpin cukup mampu dan berpengalaman untuk melaksanakan tugas.
  • Delegating (S4), yaitu perilaku hubungan dan tugas rendah. Gaya ini memberikan kesempatan kepada yang dipimpin untuk melaksanakan tugas mereka sendiri melalui pendelegasian dan supervise yang bersifat umum. Yang dipimpin adalah orang yang sudah matang dalam melaksanakan tugas dan matang pula secara psikologis.



Daftar Pustaka
Prof. DR. Wibowo, S.E., M.PHIL, 2013, Perilaku Dalam Organisasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm 181

Sabtu, 05 Oktober 2013

Sejarah Pengembangan Organisasi




Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai sautu tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi.

Oleh sebab itu, di dalam kehidupan di jaman sekarang organisasi justru sangat dibutuhkan agar lebih terarah lagi dalam mencapai suatu tujuan untuk kepentingan bersama. Sebelum membahas tentang pengembangan organisasi di perusahaan, terlebih dahulu dijelaskan pengertian organisasi.



Apa itu Organisasi ?


Everett M. Rogers dan R Agarwala dalam bukunya Communication in Organization sebagaimana dikutip oleh Drs. Onong U. Effendy, MA.(1984) menyebut suatu sistem. Secara lengkap organisasi didefinisikan sebagai “suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan dan pembagian tugas”.


Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah untuk berkumpul, bekerja sama secara rasional dan sistematis, terencana,terorganisasi, terpimpin dan terkendali dalam memanfaatkan sumber daya, sarana dan prasarana,data, dll yang digunakan secara efisien dan efektif untuk pencapaian tujuan organisasi. Didalam organisasi juga harus ada pengaturan diberbagai kegiatan sehingga membentuk kesatuan yang terpadu untuk mencapai tujuan. Organisasi ada berbagai macam bentuk misalnya saja organisasi politik, organisasi perusahaan ataupun organisasi sosial.

Disini kita akan membahas organisasi perusahaan terutama pengembangan organisasi perusahaan. Perusahaan adalah suatu organisasi yang terdiri dari suatu kumpulan atau sistem individu-individu yang pada umumnya berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui hierarki kepangkatan dan pembagian kerja. (Drs. Tommy Suprapto, M.S. : 109)

Selama Perang Dunia II dan beberapa tahun setelah perang, semua organisasi, pemerintah maupun swasta menghadapi kekurangan tenaga kerja dan sumber daya yang kritis. Karena para manajer mengalami kekurangan ini,mereka terdorong mencari cara-cara yang efektif untuk memanfaatkan semaksimal mungkin sumber daya individual dan keorganisasian yang ada. Akhirnya  menemukan  dan mengalami perubahan-perubahan metode, pelatihan dan program untuk pengembangan organisasi.
Satu program yang mempengaruhi kegiatan keorganisasian secara berarti telah dikembangkan oleh Divisi Pelatihan Dewan Kepegawaian  Negara Bagian California pada tahun 1954. Program ini juga penting karena merupakan program pertama yang menegaskan dan melaksanakan “pengembangan organisasi.” Pada tahun 1954, Divisi Pelatihan itu, di bawah Neely D. Gardner, berusaha mencapai dua tujuan utama; mengembangkan suatu iklim keorganisasian yang tidak hanya memungkinkan pelatihan,tetapi juga memudahkan penggunaan hasil pelatihan itu dalam organisasi dan mengembangkan konsepsi pelatihan sebagai suatu bagian integral dari kegiatan organisasi.¹

Bagian pengembangan organisasi berkembang berlipat ganda pada tahun 1950-an. Aktivitasnya sangat berlainan antara perusahaan yang satu dengan yang lain,tetapi ada tiga tingkat yang dapat diidentifikasikan, slah satunya pada tingkat kedua, bagian-bagian pengembangan organisasi lainnya mendekati persoalan perusahaan semata-mata melalui modifikasi dan perubahan struktur organisasi. Sejauh itu sebagian terbesar bagian pengembangan organisasi termasuk dalam tingkat kedua. Dalam bagian-bagian pengembangan ini, perbandingan antara kebutuhan individual dan kebutuhan keorganisasian lebih condong ke organisasi, berlainan dengan tekanan kepada individu yang terlihat dalam program Divisi Pelatihan. Baik program pengembangan organisasi Divisi Pelatihan maupun bagian pengembangan organisasi perusahaan berusaha memadukan, baik dalam teori maupun praktek, diagnosis dan perubahan baik individual maupun keorganisasian. Keduanya merupakan langkah penting dalam pengembangan konsepsi dan praktek Pengembangan Organisasi sekarang. Evolusi ini mencapai puncaknya pada tahun 1957 dalam program pengembangan organisasi perusahaan minyak Esso Standard Oil,yang menggabungkan diagnosis dan perubahan untuk individu dan organisasi dalam program Pengembangan Organisasi yang pada umumnya dianggap yang pertama.²


PENGEMBANGAN ORGANISASI  DI PERUSAHAAN ESSO


            Program yang dikembangkan dan dilaksanakan Esso Standard Oil selama 1957-1958 jelas bukan satu-satunya program perubahan keorganisasian yang sedang berjalan dalam tahun 1950-an. Namun program Esso itu sangat penting dalam sejarah Pengembangan Organisasi khususnya untuk rumusannya, baik dalam konsep maupun bentuk, mengenai unsur-unsur pokok Pengembangan Organisasi. Syarat-syarat program Pengembangan Organisasi Esso untuk memulai dan melaksanakan suatu program pengembangan organisasi menyatakan dasar konsepsionalnya. Syarat-syarat ini ialah, pertama suatu kerangka di mana kebutuhan dapat didiagnosis melalui individu dan organisasi dengan mengajukan pertanyaan “Di mana kita nyatanya berada?” dan “Di mana kita seharusnya berada?” dan kedua,suatu teori perubahan untuk mengembangkan beberapa procedure gerak dari yang pertama ke yang kedua, dengan menjawab pertanyaan “Bagaimana kita dari tempat nyatanya berada dapat sampai ke tempat di mana seharusnya kita berada?”


Dalam praktek, program di Esso dibina di atas dasar ini dengan tekanan seimbang kepada individu dan kepada organisasi. Keduanya dianggap sama penting dansaling berhubungan baik dala, kegiatan diagnostic maupun kegiatan perubahan. Misalnya, beberapa kebutuhan perkembangan pribadi diidentifikasikan dan dianggap gejala untuk kondisi keorganisasian tertentu, dan sebaliknya. Kondisi seperti itu sering diperbaiki melaui program pelatihan yang direncanakan membantu atau mengubah perilaku individual, bersamaan dengan perubahan keorganisasian untuk memudahkan dan mendukung perilaku baru. Program Esso menegaskan Pengembangan Organisasi sebagai suatu bidang baru yang penting teoritis dan praktis bagi para ahli ilmu keperilakuan dan para manajer operasi.




Tujuan Organisasi

Secara umum tujuan organisasi merupakan keadaan atau tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi di waktu yang akan datang melalui kegiatan organisasi.Untuk mencapai tujuan dalam organisasi, pelaku (orang) dalam organisasi diharapkan untuk mendesain ataupun me-manage organisasinya dengan matang agar organisasi dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, demi berjalan baiknya sebuah organisasi perlu diperhatikan beberapa prinsip organisasi (Jati:2000), seperti berikut:

  • Perumusan tujuan yang jelas, sebab tujuan organisasi berfungsi untuk: pedoman ke arah mana organisasi akan di bawa, landasan bagi organisasi tersebut, menentukan macam aktifitas yang akan dilakukan, menentukan program, prosedur dan beberapa hal terkait dengan koordinasi, integrasi, simplikasi, sinkronisasi dan mekanisme.
  • Pembagian tugas dan pekerjaan (Job Discription).
  • Delegasi kekuasaan yang berarti pemimpin organisasi itu dipilih secara mufakat dan harus diikuti dengan      adanya pertanggung jawaban.
  • Kesatuan perintah (one of command) dan tanggung jawab.
  • Prinsip Kepemimpinan. Dalam konteks kontemporal dari prinsip ini yang paling mengemuka ke permukaan adalah prinsip kepemimpinan yang berupa prinsip kolektif-kolegial, yaitu prinsip kebersamaan, mau mendengarkan dan menyelaraskan diri dengan nilai-nilai dari seluruh komponen organisasi, khususnya pada kepengurusan organisasi.
  • Tingkat pengawasan, dengan diadakannya sebuah monitoring terhadap kinerja pelaku organisasi atau lebih familiar dengan sebutan oposisi.

 Tujuan dari sebuah organisasi sangat mempengaruhi kinerja dari organisasi itu sendiri maupun untuk mencari massa atau anggota baru dalam pengembangan sebuah organisasi dan untuk menjaga kaderisasi anggota. Kaderisasi bertujuan untuk menjaga sebuah organisasi tetap bisa bertahan dan eksis dalam jangka waktu yang panjang.

Jadi secara sederhana, organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang ada. Organisasi ialah suatu wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama, agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Berdasarkan arti dari organisasi yang telah diungkapkan oleh seorang ahli, peran organisasi dalam sebuah
Perusahaan sangatlah penting,karena perusahaan didirikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan aktivitas,kerja sama, dan tentu saja orang yang melakukan aktivitas tersebut atau sumber daya manusia yang ketiga unsur ini terdapat dalam sebuah organisasi. Kesimpulannya,suatu perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu mebutuhkan organisasi didalamnya agar bisa tercapai tujuan tersebut, selain itu organisasi juga dapat menumbuhkan rasa disiplin pada perusahaan.




Pengalaman Berorganisasi

Organisasi itu ada Formal dan Non Formal, organisasi yang Formal itu organisasi yang berada di dalam sekolah maupun universitas seperti OSIS, BEM, maupun organisasi dalam kelas. Organisasi Non Formal seperti organisasi diluar, berorganisasi dalam membuat suatu acara dan lainnya.

Pengalaman saya dalam berorganisasi Formal itu belum pernah, dulu saya sempat mengikuti MPK di SMA dan mengikuti tes-tes untuk bergabung menjadi MPK-OSIS namun tidak saya lanjutkan. MPK adalah kepanjangan dari Majelis Perwakilan Kelas, MPK merupakan suatu organisasi disekolah yang bertugas mengawasi kinerja OSIS dalam menjalankan tugas-tugasnya selama masa jabatannya berlangsung. Dan saya menyesal belum pernah mengikuti organisasi di sekolah maupun di Universitas karena dengan berorganisasi dapat membetuk jati diri seseorang agar dapat lebih bertanggungjawab, disiplin dan saling berinteraksi dengan orang lain.


Sedangkan dalam berorganisasi Non Formal saya mengikuti Karang Taruna di lingkungan rumah,  saya sebagai anggota tetapi Organisasi Karang Taruna di lingkungan rumah saya kurang berjalan efektif dikarenakan anggota-anggotanya memiliki kesibukan masing-masing. Waktu untuk berkumpul sangat jarang sekali, hanya sesekali rapat untuk mengadakan acara HUT RI dan berorganisasi di Karang Taruna juga tidak semudah yang dibayangkan, disaat bermusyawarah mengeluarkan pendapat yang berbeda-beda untuk mencari kata mufakat dan mencapai satu tujuan yang sama. 





Daftar Pustaka

  1.     Neely D. Gardner, “Training as a framework for Action” , Public Personal Review, Januari 1957, halaman 39-44.
  2.    An Action Research Program for Organization Improvement, Esso Research Division (Ann Arbor, Michigan – Foundation for Research on Human Behaviour,1960).
   ·   Drs. Tommy Suprapto, M.S. . 2009.  Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi. Yogyakarta: Media Pressindo, halaman 109.
  ·    E. McGill , Michael. 1993. Pengembangan Organisasi Bagi Manajer Operasional. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, halaman 23-31.